Situs Togel Online Terpercaya
Situs Togel Online Terpercaya

Latest Updates

Cerita Dewasa Pengalaman Cinta Sejenis

Mei 09, 2019

Apakah aku seorang lesbian? Ah.. Ini pertanyaan yang Tak akan pernah bisa aku jawab. Pertanyaan ini timbul sejak aku masih duduk dibangku SMA kelas 3, dan cerita ini berawal pada saat aku bermain dirumah kawanku.. Anita. Togel Singapura

Waktu itu.. Aku dapat dikatakan sebagai salah satu primadona disekolahku, banyak teman-teman cowokku yang suka padaku.. Tetapi semua kutolak secara halus, bukan karena aku Tak tertarik.. Tetapi aku sudah mempunyai cowok.. Dan cowokku itu sudah kuliah disalah satu PT Negeri.

Dikelas aku duduk sebangku dengan Anita.. Ia berasal dari Jabar, kulitnya putih sama dengan aku, rambut panjang hitam, dengan bentuk tubuh proposional sama dengan aku.. Sekilas orang melihat.. Kami akan disangka kembaran.. Bedanya hanyalah.. Rambut dia belah samping.. Sementara aku pony, selain itu Anita orangnya ceria.. Sementara aku pendiam.

Hari itu.. Hari sabtu, sepulang sekolah kira-kira jam 13, Anita mengajakku untuk bermain dirumahnya.. Karena Tak ada acara.. Akupun menerima ajakan itu..

Dan ini bukan yang pertama kali aku bermain dirumahnya.. Karena sering juga aku dan teman-teman yang lain main kerumah Anita, tetapi hari ini hanya aku saja yang diajak oleh Anita. Rumah Anita termasuk mewah juga.. Maklum karena bapaknya direktur utama disalah satu perusahaan ternama. Setibanya dirumah Anita atau Anita.. Panggilan akrabnya, mengajakku langsung kekamar nya yang berada dilantai dua, memang kamar Anita cukup besar.. Ada meja belajar berikut rak buku, ada seperangkat stereo tape, TV, vCD, dan lantainya beralaskan karpet seluruh ruangan, tempat tidurnya.. Cukup besar.. Aku Tak tahu ukurannya berapa.. Tapi mungkin dapat dikatakan ukuran double bed.. Kali.

Tiba didalam kamar.. Tentunya setelah melepaskan sepatu diluar pintu, akupun langsung duduk diatas karpet..

“ita.. Ada majalah baru enggak..?” tanyaku.
“Ah.. Belum beli sih” sahutnya.
“Kita karaoke aja yuk.. Mau enggak?” sambung Anita.
“Boleh-boleh aja” sahutku, memang akupun juga senang nyanyi karaoke.

Lalu Anita pun membongkar-bongkar koleksi VCDnya.. Sementara aku duduk bersila memperhatikan apa yang dilakukan Anita, tiba-tiba..

“Oh iya.. Nia.. Ada film bokep nih.. Mau lihat enggak?” serunya,
“Dapat darimana film itu ita..?” tanyaku balik.
“Tadi pagi gue ambil dari kamar si tony”, sahutnya.. Tony adalah kakaknya Anita.
“Boleh juga deh..” sahutku.

Lalu Anita memuter film itu dan duduk diatas karpet disebelahku, kami sama-sama duduk bersila menghadap TV 21 inch.. Sembari menyender ke ranjang. Selama menonton film bokep itu.. Kami sering tertawa cekikikan.. Tak tahu apa yang lucu.. Mungkin hanya untuk menetralkan suasana aja.. Karena jujur aku terangsang juga melihat adegan dalam film bokep itu.

Ketika ada adegan lesbian dalam film.. Kami berduapun jadi terdiam.. Dengan mata mengarah kelayar TV, ketika kulirik.. Ternyata Anita pun jadi serius melihat adegan demi adegan dalam film itu..

Aah.. Uhh.. Ahh..

Terdengar rintihan dari dalam TV.. Diam-diam aku pun mulai gelisah.. Entah kenapa aku menjadi sangat tertarik sekali melihat adegan lesbian itu.. Sebentar-bentar aku meluruskan kedua kakiku.. Lalu bersila lagi.. Sementara Anita pun juga tampak mulai gelisah.. kadang-kadang dia memiringkan badannya kesamping.. Dan ketika aku bersila lagi.. Tanpa sengaja lututku menyentuh lutut Anita.. Tetapi Anita diam saja.. Dari sudut mataku aku dapat melihat Anita semakin serius menontonnya.

Tiba-tiba.. Anita membetulkan letak duduknya dan bahu kami pun saling bersinggungan. Aku diam saja.. Tak lama kemudian.. Anita menaruh tangannya diatas pahaku, aku sedikit tersentak kaget.. Aku melirik ke arah Anita.. Tampak dia masih tetap asyik menonton..

Aahh.. Uuh.. Ahh..

Terdengar rintihan dari TV.. Dan tampak adegan semakin syurr.. tiba-tiba aku merasa tangan Anita itu mulai sedikit demi sedikit bergerak meraba pahaku.. Jantungku segera berdetak keras.. Segera aku memegang tangan Anita itu.. Terasa dingin tangan Anita itu.. Mungkin karena AC didalam kamar itu cukup dingin.. Lalu aku melirik lagi ke arah Anita.. Dan dia pun melirik juga ke arahku.. Aku tersenyum.. Diapun ikut tersenyum.. Aku menoleh ke arah dia.. Diapun menoleh ke arahku.. Sehingga kami saling pandang. Judi Poker Online

Perlahan-lahan.. Aku merasakan Anita semakin memajukan wajahnya ke arah wajahku, entah kenapa aku pun berbuat hal yang sama sehingga kening kamu saling bersentuhan. Aku dapat merasakan hembusan nafas Anita yang Tak teratur ke arah wajahku, dan mungkin Anita juga dapat merasakan hembusan nafasku.. Hingga.. Hidung kami saling bersentuhan.. Lalu tanpa sadar aku meremas tangan Anita.. Dan iapun tersenyum.. Akupun tersenyum juga.. tiba-tiba Anita mengecup bibirku.. Akupun membalas mengecup bibir Anita.. Dia mengecup sudut bibirku sebelah kiri.. Aku pun melakukan hal yang serupa.. Dia mengecup sudut bibirku yang kanan.. Aku pun membalasnya.. Lalu Anita tersenyum.. Akupun tersenyum.. Tiba-tiba Anita menjulurkan lidahnya menjilat bibirku.. Mendesir darahku.. Dan akupun membalasnya.. Hingga Tak tahu siapa yang memulai duluan.. Akhirnya kami saling berciuman.. Terasa lidah Anita memasuki mulutku.. Dan menari-nari menjilati dalam mulutku.. Akupun juga melakukan hal yang sama.. Dengan nafas memburu kedua bibir kami saling bertaut..

Ooh.. Ahh.. Uuhh..

Terdengar suara dari TV, kami pun berhenti berciuman.. Anita tersenyum padaku.. Akupun tersenyum juga..

“Kita gila yaa..” seru Anita.
“Memang..”sahutku.
“Baru kali ini aku mencium perempuan” tambahnya.
“Aku juga” sahutku.
“Enak enggak?” tanyanya.
“Mhmm.. Enak.. Kamu?”
“Enak..” jawabnya.

Lalu aku mengecup bibirnya.. Dan kami berciuman lagi.. Akupun bergerak untuk berlutut dan Anitapun melakukan hal yang sama.. Kuisap lidah Anita.. Dan dia membalas mengisap lidahku.. Dengan bibir saling bertautan akupun berusaha berdiri.. Demikian juga Anita.. Hingga akhirnya kita berdua berdiri.. Dan Anita memelukku.. Akupun membalas memeluk Anita dengan erat.. Cukup lama.. Kami berpelukan dan berciuman ketika..

Ooh.. Yess.. Oohh.. Yeess..

Terdengar suara dari TV, kami pun segera menoleh ke arah TV.. Lalu saling berpandangan lagi.. Lalu aku mengajak Anita naik ke atas ranjang.. Dan diatas ranjang itu kita berpelukan lagi.. Segera bibir kita saling bertautan lagi.. Kusedot air liur Anita.. Dan dia membalas dengan hal yang serupa.. Kukulum lidah Anita dalam mulutku.. Dan gantian dia mengulum lidahku dalam mulutnya.. Kami pun semakin erat berpelukan.. Guling kesamping.. Balik lagi.. Dan seterusnya..

Hingga akhirnya tubuh Anita tepat berada diatas tubuhku.. Kemeja Anita dan rambutnya tampak acak-acakan.. Demikian juga dengan pakaianku dan rambutku..

“Nia.. Nggkk..” seru Anita.
“Kenapa ita..?” sahutku.
“Kamu.. cantik” serunya.
“Kamu juga”
“Kamu cantik”
“Kamu juga”
“Aku suka” seru Anita.
“Aku juga” sahutku. 

Lalu Anita menjulurkan lidahnya.. Akupun juga ikut menjulurkan lidah ku hingga bersentuhan.. Ooh.. Nikmatnya.. Kami saling menjilat lidah masing-masing, lalu aku membalikan tubuh Anita sehingga kini aku berada diatasnya.. Lalu aku bergerak kesamping.. Dan duduk berlutut disisi kanan Anita, ku lihat rok Anita sudah tersibak naik.. Hingga kelihatan CD nya yang berwarna putih itu.. Lalu aku meraba paha Anita.. Aahh.. Anita mendesis dengan mata setengah terpejam.. Tangankupun terus naik ke atas hingga menyentuh tepian CD Anita.. Tampak oleh ku CD Anita sudah basah.. Dan saat itu aku yakin CD ku juga sudah basah.

Lalu aku menyusupkan telunjukku kebalik CD Anita dan segera menyentuh bulu-bulu kemaluan Anita.. Anita rada sedikit mengelinjang.. Kugerak-gerakkan telunjuku itu hingga menyentuh kemaluan Anita.. Oohh.. Anita mengeliat.. Sembari merenggangkan kedua pahanya, segera aku merasakan cairan kental dari vagina Anita..

Tiba-tiba Anita mengerakkan tangan kanannya ke atas dan memegang payudara ku yang sebelah kiri.. Dan tanpa disuruh segera dia meremas-remas payudaraku itu.. Oohh.. Aahh.. Aku mendesah merasakan nikmat.. Ooh.. ita.. Rintih ku sembari menciumi paha Anita.. Yang putih mulus itu, Anita mengeliat lagi.. Kujilati paha Anita hingga lidahku menyentuh CD nya..

Aahh.. Nngkk.. Ahh.. Rintih Anita..

Lalu satu persatu kancing kemeja ku dilepasnya akupun segera beralih.. Ikut melepas kancing kemeja Anita.. Setelah itu kita berdua melepas kemeja kami bersama-sama.. Lalu bra kami pun kami lepas.. Anita pun memandangi payudaraku.. Sembari tersenyum..

“Nia..” serunya
“Mhmm”
“Payudara kamu gede yaa”
“Kamu juga” sahutku sembari mengelus-elus payudara Anita, lalu aku menciumi payudara Anita..

Oohh.. Anita mengelinjang lagi.. Akupun lalu mengisap-isap kedua puting payudara Anita, Anita hanya mengeliat-ngeliat saja keenakan.. Oohh.. Niaa.. Oohh.. Rintih Anita, tiba-tiba Anita menarik tubuhku hingga aku menindih tubuhnya.. Oohh.. Terasa hangat payudara Anita ketika dada kami saling bersentuhan.. Kamipun saling tersenyum.

Lalu tangan Anita turun kebawah dan melorotkan rok seragam sekolahku.. Akupun segera membantunya.. Hingga rok ku telepas dan kulempar ke atas karpet, lalu aku melorotkan rok Anita dan melempar juga ke atas karpet.. Kini tampak tubuh mulus Anita yang berbaring dihadapanku.. Kuperhatikan dari unjung rambut sampai ujung kaki Anita..

“Nia..”
“Ngk..”
“Jangan gitu dong” seru Anita.
“Kenapa..” sahutku sembari tersenyum padanya.
“Aku kan malu..” sahutnya dengan muka rada cemberut.
“Aku juga” sahutku.

Lalu Anita menarik tubuhku.. Dan kembali kami saling berpelukan.. Rupanya kami berdua sudah mencapai puncak rangsangan.. Bepelukan.. Berciuman.. Berguling kesana kemari sembari berpelukan.. Oohh.. Nikmatnya

Kini aku berada pada posisi dibawah.. Dan tubuh Anita menindih tubuku.. Lalu ia menciumi leherku.. Ouuhh.. Geli.. Akupun mengelinjang.. Dengan mata setengah terpejam.. Terus Anita beralih kedadaku dan dengan ganas mulai menjilati kedua payudaraku.. Ooh.. Aaakkhh.. Oohh.. itaa.. itaa.. Desahku dengan tubuh mengelinjang keenakan.. Apalagi ketika Anita mulai mempermainkan puting payudaraku dengan ujung lidahnya..

Aahh.. Bergetar hebat tubuhku merasakan nikmat itu.. Lalu jilatan Anita makin kebawah.. Kebawah.. Dan berhenti dipuserku.. Dan segera lidahnya bermain diatas puserku. Ooh.. Aku kembali mengelinjang.. Tapi Tak hanya sampai disitu.. tiba-tiba Anita memegang tepian celana dalam ku dan melorotkan CD ku itu hingga terlepas.. Lalu tampak dia memperhatikan kemaluanku yang terpampang di depan wajah nya.. Dielus-elusnya bulu2 kemaluanku yang masih sedikit itu.

Jantungku berdetak keras.. Aku merasa tegang.. Menunggu apa kira-kira yang akan dilakukan Anita.. Aaahh.. Desisku ketika Anita membenamkan wajahnya diselangkangku.. Oohh itaa.. itaa.. Jeritku kecil ketika Anita mulai menjilati bibir vaginaku.. Nggkk.. Aakk.. Tubuhku mengelinjang hebat ketika lidah Anita mulai mempermainkan clitoris ku.. Kurapatkan kedua pahaku menjepit kepala Anita.. Tapi Anita Tak peduli.. Ia tampak asyik menjilati vaginaku.. Aku benar-benar merasa terbang.. Kedua tanganku hanya bisa meremas-remas sarung bantal.

Aku benar-benar merasakan nikmat luar biasa.. Baru kali ini aku merasakan dioral.. Nikmat sekali, dan akhirnya aku Tak bisa menahan nya lagi.. Sapuan lidah Anita pada vaginaku.. benar-benar membuat aku kelabakan.. Dan akhirnya aakk.. Ooh.. Anita.. Anita.. Aaakk.. Aku mengerang panjang dengan tubuh bergetar.. Kupegang kepala Anita dan kutekan kepala Anita hingga wajahnya terbenam diselangkanganku, rupanya aku telah mencapai klimaks.. Dan Anita terus saja menjilati cairan yang keluar dari vaginaku.. Oohh..

“Anita.. ita..” seru ku dengan nafas masih memburu.
“Kenapa Nia..” jawabnya sembari tersenym padaku.
“Kamu.. Nakal itaa”
“Kamu juga”
“Kamu..” Bandar Sbobet
“Kamu juga”

Lalu aku menarik Anita ke atas tubuhku.. Dan wajahnya kini tepat dihadapan wajahku.. Tercium bau aroma kemaluanku dari mulut Anita.. Aku tersenyum.. Dan dia juga tersenyum.

“Gila itaa.. Aku belum pernah merasakan begini” seruku.
“Enak?”
“Enak.. itaa.. Enak” sahutku dengan nafas masih memburu.

Lalu kucium bibir Anita itu.. Dan dia membalas ciumanku itu.. Kupeluk tubuhnya dengan erat.. Dan kubalikkan tubuhnya hingga kini aku berada diatasnya..

“Gantian yaa.. itaa” seruku.
“Kamu mau..?” serunya.
“Mau..” jawabku.
“Benar?” tanyanya.
“Benar..” jawabku.
“Enggak jijik” tanyanya.
“Nggak” sahutku dengan tersenyum.

Padahal akupun Tak tahu apakah aku bisa.. Tapi rasanya kurang sempurna kalau aku belum memuaskan Anita.. Dan ini spontan aku lakukan. Lalu kupegang kedua tangan Anita.. Dan kupentangkan kedua tangan Anita kesamping.. Lalu aku mulai menciumi lehernya. Oooh.. Anita mengeliat keenakan.. Kuciumi.. Kujilati leher Anita.. Terus turun kedada.. Dan akhirnya ujung lidah ku bermain diatas puting payudara Anita.. Kulirik Anita.. Tampak dia memejamkan matanya.. Dan nafasnya juga mulai memburu..

Akupun terus menjilati dada Anita.. Terus kebawah.. Kebawah hingga kebagian pusernya.. Kujilati puser Anita itu.. Terasa beberapa kali tubuh Anita terhentak.. Ooh.. Niaa.. Aahh.. Desahnya, lalu aku beralih kebawah puser nya.. Tampak bulu-bulu kemaluan Anita yang masih jarang itu.. Dan bentuk kemaluannya.. Ouuhh.. Indahnya

Kujilati bibir kemaluan Anita.. Aaahh.. Anita mendesah. Terasa asin.. Tapi aku Tak peduli.. Kujilati terus.. Kupermainkan clitorisnya dengan ujung lidahku.. Ooh.. Nia.. Oohh.. Ampunn.. Ampunn.. Erang Anita dengan tubuh mengelinjang.. Mendengar erang Anita itu, aku tambah bernapsu.. Kujilati lagi belahan vagina Anita.. Yang masih virgin itu.. Dan hal ini membuat tubuh Anita tersentak-sentak.. Niaa.. Ampunn.. Nia.. Ampunn.. Erang nya.. Kedua tangannya segera mengacak-ngacak rambutku diremas-remasnya kepalaku.. Dan dicambak-cambaknya rambut ku.. Tapi aku menikmati.. Kusedot clitoris Anita.

Dan.. Aaakk.. Niaa.. Niaa.. Nggkk.. Anita mengerang panjang dengan tubuh mengejang.. Segera kedua pahanya menjepit kepalaku.. Dan seketika aku merasakan vagina Anita semakin basah.. Rupanya Anita telah mencapai klimaks.. Kujilati cairan itu.. Asin.. Tapi nikmat..

“Nia.. Niaa.. sudah Nia.. sudah..” seru Anita memelas.

Akupun tersenyum.. Lalu ia menarik tubuhku ke atas lagi dan dengan penuh gairan.. Dilumatnya bibirku.. Aku juga membalas melumat bibirnya.. Akhirnya kami berdua terbaring lemas bersebelahan.. Setelah beristirahat sejenak..

“Nia..” seru Anita.
“Mmhm..”
“Kamu nakal”
“Kamu juga”
“Kita sama-sama gila yaa” serunya.
“Sama-sama nakal” sahutku.
Lalu Anita menoleh padaku dan tersenyum.. “Kita mandi yuk”
Serunya, “Yuk..” lalu kami berdua bangun.. Tampak di TV sudah Tak ada gambar apa-apa lagi..

Kami mandi bersama.. Sembari becanda dan tertawa cekikikan.. Saling menyabuni dan saling iseng mencolek-colek.. Entah payudara entah keselangkangan..

Seusai mandi.. Ketika aku sedang mengeringkan rambutku dengan handuk.. tiba-tiba HP ku berbunyi..

“Halo.. Nia” terdengar suara cowokku.
“Halo sayank..” jawabku.
“Gimana nanti malam jadi enggak kita nonton?” serunya.

Akupun terdiam.. Kulihat Anita yang masih telanjang itu memandang ke arahku dengan penuh harap.

“Jangan nanti malam yaa” seruku.
“Loh kenapa..?” protes cowokku.
“Aku sekarang nginap dirumah Anita” seruku.

Tiba-tiba Anita menghampiriku dan merebut HP ku..”Hallo Mas” Serunya.. “Iya.. Nanti malam Nia nginap disini.. Boleh kan” serunya, aku hanya tersenyum saja memperhatikan itu. Lalu Anita menyerahkan HP ku itu kembali.

“Hallo..” seruku.
“Hallo.. Yaa.. sudah enggak apa-apa tapi besok siang aku jemput kamu yaa..” seru cowokku.

Setelah aku menutup telphon, Anita segera memelukku dan aku membalas pelukannya.. Oohh.. Indahnya.

Malam itu aku menginap dirumah Anita, kita makan malam bersama keluarga Anita.. Dan aku dipinjamkan daster oleh Anita. Dan malamnya sebelum tidur.. Kami meneruskan permainan sex kami, bahkan kami meniru beberapa adegan dalam film bokep yang kami tonton bersama.. Nikmat sekali.. Hingga akhirnya kami mencapai kepuasaan lagi, kelelahan dan tertidur sama-sama telanjang.. Dan saling berpelukan dibawah selimut.

Sejak kejadian itu.. Kami semakin akrab.. Di sekolah kami selalu bersama-sama.. Dan kami sering tidur bersama.. Entah dirumah Anita atau dirumahku.

Cowokku..? Ah.. Dia Tak mengetahui hubunganku dengan Anita.. Sampai sekarang. Judi Casino

Akhirnya akupun harus berpisah dengan Anita.. Dia disekolahkan oleh orang tuanya ke Jerman.. Sementara aku meneruskan kuliah disini.. Sampai saat aku menulis cerita ini.. Kami masih saling berhubungan surat.. Bukan itu saja.. Seminggu minimal 2x kami berkomunikasi via chating.. Tentu saja dengan voice dan webcam.. Sehingga kami bisa saling melepas rindu.. Oh.. Anitaku.. Anitaku..

Cerita Dewasa Nikmatnya Bercinta Di Kolam Renang

Mei 08, 2019



Hari saya, sekitar 12 siang, saya baru saja tiba di vilaku di puncak. Pak Joko, penjaga vilaku membukakan pintu garasi sehingga saya bisa memarkir mobil saya Pheew … saya akhirnya melepaskan kelelahan setelah mengambil seminggu selama UAS. Saya ingin mengambil saat-saat tenang ketika, tanpa ditemani siapa pun, aku ingin menikmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota Jadi saya lebih baik menikmati privasi saya, jadi saya mengatakan kepada Pak Joko pulang ke rumah yang ada di desa sekitar sini.

Tn. Ricardo memiliki bekerja di tempat ini sejak ayahku membeli villa ini sekitar 7 tahun yang lalu, dengan keberadaannya, vila kami terawat baik dan belum pernah dirampok. Dia hampir seperti ayah saya, 50-an lebih, tinggi dan kurus dengan kulit terbakar hitam. Saya sebenarnya berniat mengerjainya daridulu, tapi mengingat dia cukup loyal pada ayahku dan terlalu jujur, maka kuurungkan niatku. Togel Singapura

“Punten Neng, kalau misalnya ada perlu, Ayah akan pulang kok, tinggal dateng aja” pamitnya. Setelah Pak Joko pergi, aku membersihkan semua barang bawaan. Aku menjatuhkan diri ke tempat tidur sambil menghela napas, lega setelah dipisahkan dari buku kuliah. Cuaca hari itu cerah, matahari bersinar dengan diiringi angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa lebih santai. Aku jadi ingin berenang, terutama setelah aku melihat kolam air di belakang bersih sekali, perawatan telaten Pak Joko dari villa ini. Segera aku mengambil perlengkapan berenang dan menuju ke kolam renang.

Sesampainya ada pengaturan lain saya merasa sangat baik, begitu tenang, bahwa hanya ada kicau burung dan gemerisik air angin tertiup. Mendadak kegilaan, Selama ini, tenang kesepian, bagaimana jika saya hanya berenang telanjang, namun tidak ada orang lain di sini tapi saya anyway aku senang orang mengagumi keindahan tubuh saya. Jadi tanpa pikir panjang lagi, aku melepas satu per satu semua pada tubuh saya, termasuk jam tangan dan perhiasan semua sampai benar-benar telanjang seperti saat lahir. Setelah mengeluarkan cincin terakhir pada tubuh saya, saya langsung melompat ke dalam kolam. Aahh .. terasa begitu baik untuk berenang telanjang seperti ini, tubuh terasa lebih ringan. Beberapa kali saya bolak-balik dengan beberapa gaya kecuali gaya punggung (karena saya tidak bisa, hehe ..)

20 menit selama aku berada di kolam renang, saya akan merasa haus dan ingin istirahat sebentar untuk berjemur di kolam renang. Saya kemudian bangkit dan mengeringkan tubuhku dengan handuk, setelah saya mengambil sekaleng coca-cola dari kulkas, aku kembali ke kolam. Kurebahkan diriku di kursi santai di sana dan saya memakai kacamata hitamku sambil menikmati minumku. Untuk menghaluskan kulit putih tidak terbakar matahari, saya mengambil oilku berjemur dan menggosok seluruh tubuh saya terlihat mengkilap.

Jadi cuaca lezat di sini membuat saya mengantuk, jadi jangan merasa saya perlahan-lahan jatuh tertidur. Di dalamnya aku berbaring di kolam tanpa apa-apa yang melekat pada tubuh saya, kecuali untuk kacamata hitam. Jika saja ada pencuri masuk dan melihat situasi saya seperti itu, tentu saja aku diperkosa sampai mati.

Tengah tidur saya, saya merasa ada sesuatu yang meraba tubuhku, tangan itu membelai paha saya dan kemudian menyebar ke dada. Ketika tangan menyentuh pangkal paha bibir tiba-tiba membuka mata saya dan saya terkejut karena saya merasa itu bukan hanya mimpi. Aku melihat ada seseorang yang meraih saya dan jadi saya membangunkannya dengan sigapnya menyambar bahu saya dan dengan tangan menutupi mulut, mencegah saya dari menjerit.

Saya mulai mengenal orang, ia adalah Taryo, penjaga vila tetangga, ia berusia 30-an, wajahnya sedikit jelek dengan gigi bengkok, pipi cekung dan matanya benar lebar di depan wajahku. “Ssst .. Neng bisa dilewati Menurut menulis, di sini sudah ga ada orang lain, sehingga tidak berani!” Ancamnya Aku hanya mengangguk, meskipun masih agak terkejut, lalu perlahan-lahan ia melepaskan saya dalam mulut bekapannya “Hehehe .. waktu yang lama sekarang aku ingin Neng ngerasain sama telanjang!” Katanya, matanya menatap dadaku “Telanjang ya telanjang, tapi dong sopan bertanya, memiliki pencuri tidak begitu kaya!” Aku berkata, marah.

Ternyata tanpa sadar dia sedang menonton saya dari berenang dari tuannya dan vila loteng bahwa ia sering tidak ketika seorang wanita daridulu berenang di sini. Mengetahui Pak Joko tidak ada di sini dan aku tertidur, ia sangat ingin memanjat dinding untuk masuk ke sini. Sebenarnya saya tidak dalam mood untuk seks karena mereka masih ingin istirahat, namun elusannya pada daerah sensitifku membuat BT (birahi tinggi). Judi Poker Online

“Heh, ia ingin gua pemerkosa, mengapa tidak membuka baju juga yang terakhir pegang-pegang doang berani!” Saya menantang. “Hehe, ya ini Neng Neng abis loh payudara, montok benar-benar lupa deh” katanya sambil melepaskan pakaian compang-camping. Tubuh begitu baik, meskipun agak tipis dan kotor, penisnya yang sudah tegang cukup, tentang ukuran miliknya di Wahyu, tukang pipa yang memainkan dengan saya (baca Air Junior, Listrik, dan Konstruksi).

Dia duduk di pinggir kursi dan mulai menyedot payudaraku yang paling dikagumi, sementara aku meraih penisnya dengan tangan saya sampai saya merasa dan kukocok penis semakin keras. Aku mendesis nikmat vagina dan membelai tangannya mengusap bibirnya. “Eenghh .. terus .. Oohh Tar!” Desahku, meremasi rambut Taryo yang mengisap payudaraku.

Lalu kepalanya perlahan-lahan merayap turun dan berhenti di pangkal paha. Aku mendesah semakin tak menentu karena lidahnya bermain-main di sana ditambah dengan jarinya bergerak masuk dan keluar. Saya harus memeras payudara dan menggigit jari-jari saya tidak akan terus sendiri karena rasanya yang lezat kesemutan, kesemutan sampai akhirnya tubuhku mengejang dan melepaskan vaginanya hangat. Dengan Taryo melek rem Aku meraih rambutnya menyeruput vaginaku. Perasaan yang terus berlanjut sampai saya merasa cairanku tidak keluar lagi, lalu kepala Taryo off dari sana, mulutnya tampak basah dengan cairan cinta.

Belum beres saya set berburu napas, mulut saya dilumatnya dengan ganas. Saya merasa aroma cairan cinta saya sendirian di mulutnya tertutup cair. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalah napas sedikit bau, baik bau rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit saya bisa beradaptasi yang baru, permainan lidah dilunasi sampai lidah kami saling terkait dan mengisap.

Kami juga berpagutan cukup lama, dia juga menjilati wajahku yang halus dengan jerawat tidak sampai wajahku basah oleh air liur. “Gua ga Tar lagi, di sini saya punya lu semut” kataku. Para Taryo segera bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih berbaring di kursi santai, saya memegangnya, dan kujilati kukocok sejenak sebelum saya dimasukkan ke dalam mulut.

Mulutku penuh dengan penisnya, itu bukan 3/4nya sepenuhnya dimasukkan hanya menampung saja. Aku memainkan lidahku di kepala penisnya adalah helm-suka, kadang-kadang saya menjilat lubang kencing nya sehingga tubuh pemiliknya bergetar dan mendesah keenakan sebuah desahan. Satu tangan memegang kepalaku dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku gelagapan.

“Eemmpp .. emmphh .. nngg ..” Saya mendesah tertahan karena hampir kehabisan napas, tetapi tidak peduli. Penis kepala berulang kali terhadap tenggorokan dinding. Lalu aku merasa ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan, tapi karena lelehan cairan di mulut saya. Semburannya belum selesai, dia mengeluarkan penisnya, sehingga semburan berikut disekujur mendarat di wajahku, kacamata hitam saya juga semen basah disemprot.

Aku melepas kacamata saya, maka saya mengusap wajah saya dengan tangan saya. Sisa-sisa sperma di kujilati jariku melekat sampai akhir. Ketika tiba-tiba pintu terbuka dan Mr Joko muncul dari sana, dia melongo melihat kami berdua sedang telanjang. Saya sendiri terkejut dengan kehadirannya, aku takut dia membocorkan ini pada ortuku.
“Eehh .. maaf Neng, Ayah hanya ingin Bapak ngambil uang di dalam ruangan, tahu ini ga Neng gituan lebih” dia tergagap.

Karena aku harus bertahan, aku akan menawarkan diri putus asa dan berjalan ke arahnya. “Ah .. Pak oke ga itu, tindak memperbaiki Mr yuk aja!” Godaku. Lihat keluguan jakunnya naik turun tubuhku, meskipun agak gugup matanya terpaku pada payudara saya. Aku membelai batangnya dari luar membuatnya terangsang. Akhirnya dia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba dadanya. “Neng Neng payudara besar terlalu baik .. Mr diginiin juga baik?” Berjabat tangan terus meremasi payudaranya.

Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, maka saya menurunkan celana kolornya juga. Ternyata ayam hitam menggantung, jari-jari saya mulai memegangnya. Saya merasa di tanganku bergetar dan mengeras. Perlahan-lahan saya mulai berjongkok di depannya, tanpa basa-basi saya menempatkan batang di tanganku ke mulutnya, dan kuemut kujilati-semut untuk pemiliknya mengerang keenakan “Yah, Pak Joko sama majikan malu sendiri menulis,” seru Pak Joko Taryo yang memperhatikan sedikit gugup untuk menikmati seks oral bagi saya.

Taryo kemudian mendekati kami dan meraih tanganku untuk menjabat kemaluannya. Bergantian mulut dan tangan untuk melayani penis yang menegang. Tidak puas hanya untuk menikmati tangan, sesaat kemudian Taryo pindah ke belakangku, membuat tubuh saya beristirahat di lutut dan tangan. Aku mulai merasakan sebuah benda didorong ke dalam vagina. Seperti biasa, mulutku terbuka turun melingkupi masalah inci gemerisik oleh penis inci ke vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, menusuk, kepala merayap ke ketiaknya ke mulutnya di atas payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigit dengan gemas, pada penis Pak Joko kocokanku lebih bersemangat.

Rupanya aku telah membuat Pak Joko ketagihan, dia selesai memperkosa mulut saya begitu bersemangat untuk memajukan pinggul seakan sialan dukungan. Kepala saya dekat dengan dipeganginya dengan kesempatan untuk menghirup udara segar aku tidak ada. Akhirnya saya hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, tembakan satu sama lain menyebabkan penis ke tubuh saya semakin menembus.

Perasaan ini benar-benar sulit untuk menjelaskan, saat penis Taryo menyentuh bagian terdalam dari rahimku dan ketika penis menyentuh tenggorokan Pak Joko, belum lagi mereka terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku. Saya merasa seperti layang-layang terbang dilakukan sampai akhirnya tubuhku mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Joko. Seiring dengan bahwa genjotan Taryo merasa lebih kuat. Kami juga mencapai orgasme bersamaan, aku bisa merasakan air mani yang menyembur deras dalam diriku, dari persenggamaan selangkangan saya lelehan cair. Bandar Sbobet

Setelah cukup lama untuk mencapai orgasme, tubuhku berkeringat, mereka tampaknya mengerti situasi saya dan menghentikan aktivitasnya. “Neng, mungkin ga Mr masuk ke hal nya Pak Neng-begitu?” Kata Mr Joko lembut. Aku hanya mengangguk, dan kemudian dia berkata lagi, “Tapi Neng istirahat menulis pertama, Neng kaya lelah pula.” Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk menyegarkan diri.

Mereka berdua juga turun ke kolam, Taryo duduk di sebelah kiriku dan kanan saya Pak Joko. Kami mengobrol sambil memulihkan kekuasaan, di mana tangan-tangan jahil atau mereka selalu hanya meremas dada, paha dan bagian sensitif lainnya. Yang satu mendorong yang lainnya mendarat di sisi lain, lama-lama jadi saya biarkan saja, setelah semua, saya benar-benar menikmatinya.

“Neng, Bapak masuk sekarang aja yah, sudah ga tahan daritadi porsi tidak Neng hal itu” kata Mr Ricardo mengambil posisi berlutut di depan saya. Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia mengarahkan, kontol panjang keras ke vagina saya, tapi dia tidak segera menusuknya di bibir tapi selangkangan menggesekannya jadi saya menggelitik dan meremas penis Taryo berkelejotan menjilati bagian leher bawah telinga . “Aahh .. Pak cepet enter dong, sudah kebelet ya!” Desahku tak tertahankan. Aku meringis saat ia mulai menekan masuk penisnya. Sekarang vagina saya telah diisi oleh benda hitam panjang dan objek mulai bergerak keluar untuk memberi sensasi kenikmatan ke seluruh tubuh.

“Wow .. Neng pus benar-benar lamban, jika gini sudah tahu dari dulu Bapak entotin” ceracaunya. “Persetan Anda juga, sudah bercucu Piktor masih, saya kira Anda belajar” kataku dalam hati. Setelah 15 menit dia mengayuh booting saya dalam posisi itu, ia melepas penisnya dan duduk membungkuk dan mengangkat saya ke penisnya. Dengan refleks saya akan memegang penis saya sambil menurunkan itu sampai jatuh ke dalam celana saya. Dia memegang pantatnya sepotong padat berisi itu, bersama-sama kita mulai gemetar tubuh kita.

Desahan kami berbaur dengan suara air kolam percikan, tubuh saya bergerak-gerak tak terkendali, saya menggelengkan kepala di sana-sini, dua payudara yang memantul tidak luput dari tangan dan mulut. Pak Joko memperhatikan penisnya keluar dari vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tidak bisa memahami bagaimana untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda yang pasti sudah tidak terasa.

Goyangan kami berhenti sejenak ketika Taryo tiba-tiba mendorong kembali sehingga pantat saya dan payudaranya semakin tertekan semakin menungging untuk menghadapi Pak Joko. Taryo membuka dan mengarahkan penisnya ke pantatku ada “Aduuh .. Tar perlahan, sakit tahu .. aww!” Rintihku waktu dia mendorong ke penisnya.
Saya lebih rendah karena itu ramai sekali dijejali dua ayam besar.

Kami bergoyang kembali, rasa sakit aku merasa perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat menjalari tubuh saya. Saya menangis tak terkendali ketika Taryo menyodok pantatku dengan kasar, sehingga ia kuomeli sedikit lebih lembut. Alih-alih mendengar, Taryo menggenjotku bahkan lebih ganas. Pak Joko melumat bibirku dan lidah dalam mulut saya untuk bermain jadi saya tidak terlalu berisik.

Ini berlangsung sekitar 20 menit lama sampai saya merasa tubuh saya seperti meledak, saya bisa lakukan hanya berteriak dan memeluk Pak Joko erat panjang punggung dan menggaruk kuku. Untuk beberapa detik sampai tubuhku menegang dalam pelukannya lemas kembali Pak Joko. Tapi mereka masih peduli padaku memompaku tanpa ini sudah lemah. Erangan yang keluar dari mulutku terdengar lebih dan lebih berdaya.

Tiba-tiba mereka merasa lebih erat memeluk untuk membuat sulit untuk bernapas, mereka juga serangan lebih kuat, putingku disedot keras oleh Pak Joko, dan Taryo rambutku. Lalu kurasakan hangat menyembur cairan di vagina dan anusku, air muncul sedikit cairan putih susu yang melayang-layang. Mereka berdua terkulai lemas antara tubuh saya masih terjebak dengan penis.

Setelah sisa-sisa terakhir kesenangan mereda, saya akan mengundang mereka untuk datang. Menyeka tubuh saya basah kuyup, aku berjalan ke kamar mandi. Eh .. mereka diikuti dan bergabung dengan mandi. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang. Aku hanya duduk di sana, mereka siram, gosok, dan tentu saja menyabuniku membelai dirinya. Alat kelamin dan payudara bagian yang paling panjang mereka sampai aku menyindir sabuni

“Mengapa .. mengapa ada lathered-neraka menulisnya, kamar mandi untuk membersihkan ga dong, dingin nih” disambut tawa kami. Setelah itu, akulah yang mencuci giliran mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, saya akan kembali bekerja di kamar mandi.

Hari itu saya dikerjai terus-menerus oleh mereka sampai mereka tinggal dan tidur dengan saya di tempat tidur, spring bed. Sejak itu jika ada partai seks di vila, mereka selalu diundang untuk istilah-istilah ini jangan biarkan kebocoran rahasia. Aku senang karena ada sarana untuk memuaskan keinginan, mereka dapat merasa senang karena tubuhku dan teman-teman kuliah saya yang masih muda dan cantik. Jadi ada variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu bermain teman-teman orang yang sama di kampus. Judi Casino

Cerita Dewasa Ngwee Perawan Yang Tengah Mabuk

Mei 07, 2019


Perkenalkan namaku adalah Rudi, umur 30 tahun, tubuhku kekar dan besar serta atletis dan juga hitam, maklum bekas kuli bangunan. Tetapi beberapa saat lalu temanku menawariku kerja di sebuah diskotik “A” sebagai sekuriti, diskotik “A” sangatlah terkenal dengan cewek-cewek cantik dan tajir di karenakan diskotik “A” tempatnya sangat bonafit dan high class jadi pengunjungnya juga ikut-ikut bonafit, harga minumannya pun aku ga sanggup untuk membelinya dengan gaji sebulanku.

Tapi aku sangat menikmati kerja di diskotik ini karena kerjanya nyantai, malam hari dan aku juga bisa jelalatan pada cewek-cewek. Banyak cewek-cewek cantik yang berkeliaran (rasanya ingin menyetubuhi semua cewek-cewek disini). Judi Casino

Diskotik ini terdapat 2 pintu masuk, pintu masuk atas dan pintu masuk bawah. Bila pengunjung lewat pintu atas berarti mobil mereka di vallet dan bila pengunjung lewat bawah, mobil mereka diparkir sendiri di basement.

Kita mulai ceritanya…berawal di hari Rabu (Ladies Free). Banyak cewek-cewek pastinya, aku kebetulan bertugas di pintu bawah bersama temanku Rendy.

Saat pintu dibuka aku dan Rendy harus memeriksa satu-satu tamu yang masuk, Tak kusia-siakan mataku untuk mencari mangsa, cewek-cewek yang datang sangat cantik-cantik dan berpakaian sexy dan wangi sehingga membangunkan adikku si “Ujang” (ga’ kuat lagi rasanya). Dan acara pun dimulai, tamu-tamu berangsur-angsur habis yang datang.

Kami berdua pun bisa bersantai sejenak.
Rendy pun membuka perbincangan.
“Sob…ghini nich enaknya ngapaian ya?”.
Rudi : “G tau nich, BT jg lama-lama”.

Rendy : “aaaa….Aku ada ide, gimana klu aku minta minuman ke Anto’?”.
(Anto’ adalah temanku yang menawari pekerjaan kepadaku sebagai sekuriti, dia bekerja sebagai bartender, terkadang aku mendapatkan minuman gratis dari dia).
Rudi : “Ide bagus tuh”.

Akhirnya Rendy naik ke atas untuk mengambil minuman.
Ga’ lama kemudian Rendy pun datang.
Rendy : “Nich sob… kita adakan pesta kecil-kecilan, kebetulan Anto’ ngasih kita camilan”.

Rudi : “Tuch anak baik banget”.
Akhirnya kita menikmati pesta kecil kita sambil ketawa-ketawa.
Rudi : “Kurang ceweknya nich”
Rendy : “Terus…”
Rudi : “Y ga’ terus-terus… kurang lengkap aja”

Kamipun tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba telpon kantor berdering dan Rendy mengangkatnya, kulihat dia serius menjawab telponnya dan dari situ bisa kutebak pasti telpon dari bos.

“Aku ke atas dulu ya, dipanggil sama bos nich” ucap Rendy.
Rudi : “OK”

Lama juga Rendy pergi, ga’ heran sih…biasanya juga gitu. Lama-lama pun aku merasa bosan di dalam kantor sekuriti, aku keluar dan celingukan kearah parkiran mobil, sepi dan gelap. Merinding juga rasanya kalau sendirian, akhirnya aku masuk lagi dan duduk sambil meminum bir ku tadi.

Tiba-tiba aku di kagetkan dengan suara lift tamu, keluarlah seorang cewek yang cantik berambut hitam panjang tergerai, kulit berwarna putih memakai baju putih sexy terusan hingga ke paha dan belahan dada yang rendah dan agak sempit di karenakan toket si perempuan sangatlah besar serta pantat dan celana dalam yang tercetak.

Dapat kulihat kalau daleman wanita itu berwarna hitam karena baju putihnya sangatlah sedikit menerawang, potur tubuhnya proporsional kaya’ model kelas atas. Jalannya agak sempoyongan, kelihatannya habis dugem nich cewek dan sedikit mabuk dan aku pun berinisiatif untuk membantunya.

“Malam mba’, bisa saya bantu?” tanyaku dengan sopan.
“Biar saya bantu” tambahku lagi, akupun menolongnya berjalan (wangi banget tubuhnya,seger rasanya)

Akupun menuntunnya karena sedang mabuk dan bertanya lagi.
“Mobilnya dmn?”

Dia hanya menunjukkan jari telunjuk ke suatu arah dan aku pun bertanya kembali.
“Bisa pinjam kunci mobilnya?”

Dia pun mencari dan memberikannya kepadaku (maksudku daripada jalan ga’ jelas kan mending menyalakan remote mobilnya), dan akupun melihat lampu mobilnya. Ditengah jalan akupun sedikit kemasukkan setan (ini disebabkan aku dari tadi dapat melihat toketnya).

Dan akhirnya akupun mengubah arah menuju gudang penyimpanan barang yang sudah ga’ pernah di pakai lagi, aku membuka pintunya… terdapat sebuah matras besar, sofa besar, meja dll. Barang-barang disini sangat masih bisa dipakai hanya karena bentuknya sudah kurang up to date makanya diskotik ini membuangnya dan menggantinya dengan yang model baru.

Aku menggiring cewek ini yang lagi mabuk menuju sofa, setelah dia duduk ku pandangi sekali lagi…(cantik banget, sexy, putih mulus lagi,makin ga’ kuat nich si “Ujang”), aku menggeledah isi tasnya, ada hp, dompet dan alat-alat kecantikan.

Akupun membuka isi dompetnya, terdapat banyak uang 100 rb an di dalamnya, kartu ATM dll, akupun melihat KTP-nya, tinggal di daerah elite memang…pantes tajir, kunci mobilnya aja kunci mobil Eropa dan akhirnya aku mengetahui namanya adalah Devi. Setelah itu kumasukkan semua barang-barangnya kembali. Aku kembali ke kantor sekuriti untuk mengambil minuman dan kembali ke gudang lagi. Bandar Sbobet

Aku duduk di sebelah cewek mabuk itu dan menyodorkan minuman ke dia, awalnya dia si ga’ mau tapi terus ku paksa akhirnya dia terpaksa meminumnya, sambil dia minum langsung dari botol, ku coba untuk mencium lehernya dari samping aku duduk… lehernya wangi banget, wanginya tuch dapat merangsang gairah cowok, sambil ku cium-cium lehernya aku berusaha untuk mulai meraba-raba toketnya.

Ternyata lebih besar dari perkiraanku, tanganku sampai ga’ cukup untuk menampung toketnya…aku raba-raba dan kuremas-remas hingga Devi yg lagi mabuk meringis kesakitan, akupun mencoba mencari puting toketnya, yang bikin ga’ nahan nich belahan baju bagian dadanya yang rendah sehingga toketnya rasanya mau menyembul keluar…kucium-cium belahannya dan ku jilat-jilat (empuk rasanya).

Akupun mempunyai ide, kuambil botol bir dan menuangnya kebelahan dadanya hingga basah semua toketnya dan kujilat-jilat lagi. Kucium kembali lehernya dan aku mulai meraba-raba daerah memeknya, kuraba-raba dan kugesek-gesekan memakai jari tengah, sedikit kutekan kedalam sehingga Devi yg lagi mabuk bergerak ga’ karuan, akhirnya aku ga’ kuat lagi…aku membuka celana dan celana dalamku si “Ujang” sudah berdiri tegak.

Akupun menindihi tubuh Devi yg lagi mabuk dan melebarkan kedua kakinya, aku mencium kembali leher dan mulutnya dan ku gesek-gesekan si “Ujang” ke celana dalamnya (baru celana dalamnya aja sudah cenut-cenut apalagi klu nanti sudah ke dalamnya), kamipun akhirnya perang lidah dan ga’ ketinggalan akupun meremas-remas toketnya…Devi yg lagi mabuk pun akhirnya malah bergerak tambah ga’ karuan, aku merasakan daerah celana dalamnya sudah basah, kelihatannya nich cewek sudah horny.

Akupun berdiri dari sofa dan memegang kepala Devi, aku memajukan si “Ujang” untuk dikulumnya…Devi sempat ga’ mau dan lagi-lagi aku memaksanya, penisku berukuran sangat besar (bisa dikatakan di atas ukuran normal orang Asia), Devi pun mencoba untuk memasukkan penisku kedalam mulutnya, hanya masuk bagian kepalanya saja, mulut Devi terlalu mungil, kucoba memaju mundurkan kepalanya (enak sekali rasanya) Tak lupa bagian buahnya penisku.

Tanganku pun Tak tinggal diam, tangan kiriku tetap memegangi kepala Devi dan tangan kananku mencoba menerobos kedalam belahan bajunya, halus dan besar toketnya…kuremas-remas kuat-kuat hingga dia kesakitan lagi, aku coba mencari putingnya…kuputar-putar sambil kutarik-tarik.

30 menitpun berlalu di posisi mengulum, akhirnya kutarik penisku. Aku akhirnya membuka baju Devi hingga hanya tersisa BH dan celana dalam berwarna hitam, kulihat perutnya yang putih mulus dan rata. Aku pun memindahkan Devi ke matras, dia berbaring diatasnya…

Aku membuka BH-nya (toketnya memang benar-benar besar sekali), kuremas-remas kembali (memang gemas sekali melihatnya), akupun berada di atas perut Devi dan mendudukinya, aku menaruh penisku diantara toketnya sambil kutarik kepalanya kedepan dan aku menyuruh menjilati ujung penisku, tangan kanan ku mencoba meraba-raba belakang ke celana dalamnya.

Devi pun mengeluarkan suara-suara aneh dan bergerak ga’ karuan kembali. Setelah puas aku berganti posisi ke posisi 69, kumasukkan penisku kembali ke mulutnya dan aku membuka celana dalamnya dan mulai menjilati memeknya serta menyedotnya (harum banget memeknya orang tajir), aku mencoba menggelitiki memeknya dan itu berhasil membuat memeknya banjir kembali.

Sudah ga’ tahan lagi nich…

Aku pun mulai menyerang memeknya menggunakan penis ku, perlahan kumasukkan…terasa susah banget, memeknya kecil dan masih seret banget walau sudah ga’ perawan. Baru kumasukkan sedikit Devi sudah menjerit “Aaaaaaaaargggggggggggggh…sakit”.

Akupun Tak menghiraukan dan tetap berusaha dan akhirnya barangku masuk semua kedalam liang kenikmatannya dengan susah payah dan agak sedikit lama, aku pun memulai memompanya perlahan dan meraih kedua toketnya dan kuremas-remas, aku mendekatkan mukaku kelehernya dan menciumi serta menciumi bibirnya, aku berpindah ke toket…menjilat-jilati putingnya yang berwarna pink dan menggigitnya serta menariknya “Aaaaaaaaawwwww…” jerit Devi.

Aku pun mencepatkan tempo pompaanku, Devi pun mengimbanginya (dasar pertamanya ga’ mau tapi keenakkan juga), pompaan yang cepat membuat toketnya bergoyang-goyang kemana-mana membuat tambah gemas saja, akupun meremas-remas kedua toketnya. Tiba-tiba aku merasakan cairan hangat, ternyata Devi sudah mencapai puncak, “Koq sudah keluar?” tanyaku…akupun mempercepat pompaanku dan menyebabkan Devi tambah berteriak ga’ karuan.

Bosen dengan Man on Top akupun berpindah posisi sekarang Woman on Top, toket Devi terlihat besar bergelantungan dan bergoyang-goyang saat aku memompanya dengan cepat, aku pun merasa gemas lagi dan aku manarik Devi kebawah sehingga mukaku sekarang berada diantara kedua toket Devi, kuciumi,kujilati, kuremas, kupilin-pilin putingnya…

Toketnya jadi bulan-bulananku (tambah besar nich toket nantinya), dan aku merasakan cairan kembali setelah 20 menit berlalu setelah Devi ejakulasi pertamanya tadi, “Koq sudah keluar lagi,sayank?” tanyaku…Devi pun Tak berekspresi, raut mukanya hanya diam menikmati pertempuran kita. Judi Poker Online

Kurubah lagi posisi, sekarang Devi ku gendong, aku menopang kedua pahanya dari bawah dan Devi memelukku…enak nich posisi ini, Devi pun tambah menjerit “aaah… aaah… aaah…sakit… aaah…”, ini di karenakan penisku terasa sekali menyodok memeknya…posisi ini berlangsung 15 menit dan aku merasakan aku sudah akan keluar juga, kutaruh Devi diatas meja, kupercepat pompaanku dan Tak lupa untuk diam tanganku meremas-remas toketnya dan akhirnya aku pun sampai puncak,

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaarghhhh…” aku dan Devi pun berteriak bersama, cairanku dan cairannya menyembur liang kenikmatannya sangat banyak sekali dan aku pun mecium bibirnya dan kedua toketnya (enak sekali pertempuran ini, hingga membuatku sangat lemas), aku menggendong Devi kembali ke matras dan menyuruhnya untuk menjilati sisa spermaku yang ada di penisku hingga habis.

Tak lupa aku mencatat nomer HP-nya dan memfoto tubuhnya yang sedang bugil bersamaku memakai foto dari HP ku dan HP-nya Devi, dengan tujuan mungkin suatu saat aku bisa memakai tubuhnya lagi dan kami pun tertidur bersama, berpelukkan dalam keadaan bugil hingga pagi.

Tak terasa pagi pun berlalu, aku sudah bangun mendahului Devi karena aku ada apel pagi sebelum aku pulang kerumah dan Devi masih di ruangan gudang, ku kunci agar Devi Tak bisa keluar. Setelah apel pagi bubar aku dikagetkan dengan suara Rendy.

“Oi kmn aja sob kemarin, aku cari-cari koq ga’ ada?” tanya Rendy.
“Ga’ kemana-mana…keliling-keliling sekitar sini saja ” jawabku lemas gara-gara pertempuran kemarin.

Kita pun berpisah, kulihat Rendy sudah pergi pulang mengendarai motornya dan aku kembali ke gudang. Aku masuk dan melihat Devi belum bangun, aku pun memakaikan baju-bajunya kembali dan menggendongnya ke sofa…tiba-tiba dia terbangun dan berteriak “sapa km?”

Akupun menjawab dengan enteng “Cowok kamu”
Devi pun kebingungan “Tempat apa ini? Kotor banget”, “Mau apa kamu?”…”Jangan-jangan kamu mau memperkosa aku?”

Akupun memotong pertanyaannya yang super panjang itu “Ga usah di omongin juga kita semalam sudah jadi layaknya suami istri, kamu menikmati permainanku dan aku menikmati tubuhmu”

Devi pun kaget “huh…apa kamu bilang? Ihhh jijik amat dech sama kamu…kalo ngomong tuch di atur!!!” (Devi pun agak mulai marah).
“Kalau ga’ percaya ya lihat aja foto-foto di HP mu” celetukku.

Devi pun mencari Hpnya, belum lihat dari album fotonya dia pun kaget, foto wallpaper Hpnya ku ganti foto kita berdua lagi bugil dan dia pun sibuk mencari foto-foto di album Hpnya dan dia mulai menangis.

“Sudah ga’ usah nangis, aku ga’ akan bilang siapa-siapa lagian kamu juga sudah ga’ perawan…jadi apa bedanya” aku pun berbicara seenaknya serasa sudah menang.

Devi pun berdiri dan menuju pintu keluar dan akupun mencegatnya.
“Mau kemana?” tanyaku.
“Pulang!!!” bentak Devi.
“Aku yang nyetir kamu nanti di sebelahku melayani aku lagi” akupun tertawa didepannya.
“Huh…mau apa lagi?” Devipun bingung.
“Sudah turuti aja kemauanku atau foto-fotomu yang semalam mau ku sebarin ke orang-orang” ancamku.

Akhirnya Devi menurut kepadaku karena ancaman itu, aku menyetir dan Devi duduk disebelahku, diperjalanan pulang aku dipuaskan kembali oleh Devi, aku menyuruhnya mengulum penisku kembali dan Tak lupa aku meremas-remas toketnya yang menggemaskan, cukup lama mengulumnya hingga akhirnya aku keluarin didalam mulutnya.

Pertama Devi sempat berontak saat cairan penisku menyembur ke mulutnya tapi aku menahan kepalanya setelah selesai aku melihat Devi sempat memuntahkan cairannya di mobilnya, bisa kulihat dia sangat jijik melihatnya. Akhirnya aku sampai di terminal karena aku harus naik bemo menuju kos-kosanku, aku parkirkan mobil di tempat sepi dan aku pamitan sambil menciumi Devi.

“Hati-hati ya sayank kalau pulang,terima kasih atas kenikmatannya semalam,kapan-kapan lagi ya” akupun tersenyum ke Devi. Devi pun pergi dengan cepatnya dan aku hanya bisa tersenyum puas karena bisa ngewe wanita montok karena dia telah mabuk. Togel Singapura

Karena Senjataku Yang Besar Membuat Janda Kembang Ketagihan Untuk Bercinta

Mei 06, 2019



Tanah Sunda telah sangat dikenal dengan gadis cantiknya sejak jaman dulu. Bahkan katanya di jaman penjajahan Belanda banyak tuan-tuan pemilik perkebunan yang mengawini wanita Sunda di sekitar lokasi perkebunan untuk dijadikan istrinya. Aku mengenal Titin dari hobi jalan malam di sekitar SM-Merdeka dan Siliwangi-Sukasari di Bogor. Bandar Sbobet

Cerita Dewasa ini bermula saat aku sedang nongkrong di Wartel dekat pintu masuk Taman Topi ada wanita yang mondar-mandir didekatku. Dia mengenakan pakaian seragam sebuah pabrik. Kukira dia lagi nunggu temannya. Tak lama kemudian ada seorang wanita lagi yang datang dan mendekatinya.

Mereka bicara dengan suara keras dan nada tinggi seperti sedang memperdebatkan sesuatu. Aku Tak mau ikut campur dengan pembicaraan mereka. Toh aku juga Tak tahu ujung pangkalnya. Setelah dilerai oleh Satpam, wanita yang datangnya belakangan akhirnya pergi dengan masih tetap memaki-maki wanita pertama dengan bahasa Sunda.

Aku yang hanya sedikit tau bahasa Sunda masih belum bisa sepenuhnya menangkap apa yang sedang terjadi di dekatku. Aku mulai tertarik dan memperhatikan mereka. Wanita pertama tadi hanya diam saja, meskipun raut mukanya menunjukkan kekesalan. Kudekati dan kutanya,

“Kenapa Teh, maaf kelihatannya lagi berantem. Apa sih masalahnya?”
“Nggak papa kok. Dia menuduhku ada hubungan dengan suaminya. Padahal aku berhubungan dengan suaminya hanya sebatas urusan pekerjaan,” katanya.
“Ya sudah, teteh kelihatannya masih kesal. Minum es dulu yuk biar tenang,” kuajak dia untuk duduk minum di kafe yang banyak terdapat di sana.

Kami pesan es buah. Kutawarkan untuk makan tapi dia menolaknya.

“Terima kasih Aa. Saya teh sudah nggak ada nafsu makan dan lagian masih kenyang,” katanya halus. Akupun maklum saja. Mungkin setelah bertengkar tadi meskipun perut lapar jadi Tak ada selera makan. Setelah pesanan kami datang, ia mengaduk gelasnya perlahan-lahan dengan sendoknya.

“Sudah tenang sekarang. Kalau boleh tahu, apa sih masalah sebenarnya?” tanyaku.
“Saya memang belakangan ini sering jalan dengan suaminya untuk urusan pekerjaan. Eh dianya cemburu ketika ketemu kami di Cibinong,” jawabnya.
“Kan bisa dijelasin ama suaminya?”

“Sudah, tapi dia nggak terima. Dibilang saya gatel, wanita murahan dan lain-lainnya. Daripada saya ladenin, nanti jadi makin rame saya tinggal pulang aja ke kantor. Eh dia belum puas dan telpon ke kantor. Katanya tungguin nanti malam di Wartel sini agar bisa selesai. Sampai di sinipun saya masih dimaki-maki. Untung dilerai sama Satpam”.

Akhirnya aku tahu dia bernama Titin dan bekerja sebagai supervisor produksi di salah satu pabrik tekstil yang memang banyak terdapat di sekitar Cibinong. Rumahnya di sekitar Biotrop. Suaminya minggat dengan perempuan lain enam bulan lalu.

Jadi statusnya sekarang menggantung. Janda Tak, bersuamipun Tak juga. Dia belum punya anak. Janda kembang gantung, pikirku. Badannya ramping cenderung kurus, kulitnya bersih dengan dada membusung di balik seragamnya. Ada keindahan tersendiri melihat seorang wanita dalam pakaian seragam. Eksotis. Judi Casino

Entah kenapa kalau ketemu wanita seringkali statusnya janda. Tapi sebenarnya akupun Tak mau merusak keperawanan seorang gadis. Bagiku berat bebannya. Lebih enjoy dengan janda atau gadis yang sudah Tak perawan. Tak usah mengajari lagi.

“Aku mau pulang, tapi pikiranku suntuk. Dibawa tidurpun pasti nggak mau,” katanya lagi.
“Kalau gitu kita jalan ke Puncak aja yuk. Menenangkan pikiran,” ajakku.
“Boleh, tapi jangan kemalaman ya!”
“Nggak, kan rumahmu juga nggak terlalu jauh ke Puncak”.

Aku mulai berpikir, pasti kami nggak akan kemalaman, paling-paling kepagian. Kamipun segera menghabiskan minuman dan segera berangkat ke Puncak. Sampai di daerah Cibogo, ia minta turun dan mengajak berjalan kaki menyusuri jalan raya.

Para GM yang sedang menjerat mangsa menawarkan penginapan pada kami. Aku hanya menatap Titin dan ternyata dia cuek aja dengan tawaran GM tadi. Dinginnya udara Puncak mulai terasa. Ia mulai kedinginan dan mendekapkan kedua tangannya di dadanya.

“Dingin?” tanyaku.

Titin hanya mengangguk saja. Sambil jalan kulingkarkan tangan kiriku pada bahu kirinya. Ia menggelinjang sedikit, sepertinya menolak pelukanku. Tapi tanganku tetap dibiarkan di bahunya. Bahkan tangan kanannya melingkar di pinggangku dan mencubitku. Aku menggerakkan pinggulku sedikit kegelian. Sampai di depan sebuah wisma kami berhenti.

“Masuk yuk!” ajakku.
“Mau ngapain. Katanya nggak sampai malam,” jawabnya.
Ada nada keraguan atau mungkin juga kepura-puraan.
“Ngapain aja terserah kita dong. Lagian kalau dua orang berbeda jenis masuk ke hotel ngapain?” pancingku.
“Tidur aja. Kamu merem, saya merem. Aman kan,” katanya.
“Nggak mau. Kalau kamu merem aku melek, sebaliknya kalau kamu melek aku yang merem, supaya ada yang jaga,” kataku melempar umpan semakin dalam.
“Ayo. Tapi kamu janji jangan macam-macam. Awas nanti,” katanya mengancamku.

Dari suaranya umpanku sudah termakan. Tinggal tarik ulur tali saja agar ikannya Tak terlepas. Kami masuk ke dalam kamar. Kuperiksa sebentar kelengkapannya. Jangan sampai lagi tanggung room boy datang antar kekurangannya. Aku minta air putih saja untuk di dalam kamar.

Meskipun udara dingin, aku yakin nanti pasti perlu minum. Titin masuk ke dalam kamar mandi dan sebentar kemudian terdengar suara air yang keluar dari jepitan pintu gua. Wsshh dan tak lama suara guyuran air. Aku keluar kamar, berdiri di teras kamar sambil melihat suasana.

Sepi, karena memang bukan week end. Aku masuk lagi ke dalam kamar. Kebetulan Titin pun keluar dari kamar mandi. Pintu keluar dan pintu kamar mandi berdekatan posisinya. Kupandangi wajah Titin, kupegang tangannya dan dengan sekali tarikan ia sudah ada dalam pelukanku. Ia sedikit meronta, tapi rasanya hanya penolakan pura-pura.

“Jangan.. Jangan!”

Kalau memang dia Tak mau, pasti kami berdua Tak akan sampai ke kamar ini. Kucium bibirnya yang tipis. Lemas sekali bibirnya sehingga terasa kenikmatan mulai menjalar, meskipun ia belum membalas ciumanku. Kulepaskan lagi ciumanku dan kutatap matanya.

“Aku mohon.. Jangan.. Jangan. Jangan disini sayang!” Ia mengakhiri kata-katanya dengan menyerbu bibir dan mukaku kemudian menarikku ke ranjang.
“To, aku merasa kesepian dan kedinginan. Kamu mau berikan kehangatan?”

Rasanya terbalik pertanyaan itu. Mestinya aku yang tanya apakah dia mau bercinta denganku.
“Pasti. Kita akan sama-sama puas malam ini”.
“Terima kasih To. Aku.. Aku..”.

Sambil berkata begitu ia langsung mencium bibirku. Akupun langsung membalas ciumannya. Bibir kami saling berpagut, lidah kami saling mendorong dan menjepit saling sedot. Cukup lama kami menikmatinya. Bibirnya memang benar-benar terasa sangat lemas sehingga dapat kupermainkan dan kuputar-putar dengan mulutku.

“Ayo puaskan aku sayang.. Ah. Ah.” suaranya hanya mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya.

Tangan kiriku mulai menjalar di pahanya. Kusingkapkan roknya, benar-benar mulus sekali pahanya. Kuremas-remas sampai ke pangkal pahanya. Ketika sampai di celana dalamnya, kutekankan jari tengahku ke belahan di tengah selangkangannya dan ku gesek-gesekkan.

“Ah sayang. Kamu nakal sekali”.

Aku Tak menghiraukannya. Sementara itu tangan kananku meremas halus buah dadanya dari luar. Tangannya pun tak mau ketinggalan memegang bahkan mencengkeram keras kejantananku dari luar. Terasa sakit tapi aku dapat menikmatinya.

“Kita Tak akan kemalaman sekarang, tapi kepagian,” bisikku menggodanya.
“Biarin aja, saya besok shift siang jam 3″.

Dengan ganasnya aku menciuminya, seperti seekor kucing yang sedang melahap dendeng. Tangannya bergerak ke bawah dan terus ke bawah. Ia membuka kancing bajuku dan melepasnya. Kini setiap jengkal tubuhku bagian atas tak luput dari ciumannya. Kemudian ia membuka resleting celanaku dan langsung mencengkeram penisku.

“Anto, punya kamu boleh juga. Tak besar tapi keras sekali. Apa ada wanita lain yang pernah merasakannya?”

Pertanyaan itu lagi. Kenapa setiap wanita mau tahu apakah pria yang dikencaninya pernah tidur dengan wanita lain.

“Ada, aku bukan perjaka lagi,” jawabku tenang, yang penting adalah apa yang terjadi sekarang ini. Dan lagi kelihatannya ia hanya sekedar bertanya tanpa mempedulikan jawabanku.

Belum selesai kata-kataku, ia telah mengocok dan kadang meremas kejantananku. Pintar sekali ia memainkan adik kecilku. Beberapa menit kemudian tegangan pada kejantananku sudah maksimal. Tiang bendera sudah tegak berdiri, siap untuk melaksanakan apel malam. Kudorong tubuhnya ke ranjang dan kemudian akupun langsung menerkam tubuhnya.

“Sabar sayang, buka bajunya dulu donk.”

Kamipun membuka pakaian kami masing-masing. Setelah telanjang bulat, langsung kubaringkan ia. Kuciumi senti demi senti tubuh mulusnya. Dari atas ke bawah sampai kepada paha dalamnya. Kurenggangkan kedua pahanya. Tercium aroma khas yang dipunyai seorang wanita. Kurenggangkan labia mayora dan labia minoranya dengan jempol dan telunjukku.

“Ayo sayang.. Puaskan.. Aku.. Ya.. Ohh. Oohh.” Kata-katanya terus meracau, apalagi ketika aku melahap habis biji kacangnya dengan mulutku, kadang kusedot, kuhisap, dan kugigit dengan lembut.

“Ah.. Ennak ssayang.. Kamu ppinnttarr. Ohh.. Oohh” Togel Singapura

Aku sudah Tak mempedulikan kata-katanya. Aku makin asyik dengan mainanku. Kulepaskan mulutku dan kutindih dia. Kumasukkan jari tengah kiriku ke dalam lubang perlahan lahan. Tubuhnya meronta-ronta seperti orang kesetanan, kedua payudaranya bergoyang kencang.

Aku pun meraih payudaranya itu. Dengan tangan kananku, kupelintir puting susunya yang sebelah kiri dan mulutku kini menggigit halus puting kanannya. Sementara jari kiriku tetap mengocok lubang vaginanya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat pula ia meronta.

Kuhentikan permainan tanganku dan kuarahkan kejantananku untuk memasuki liang kenikmatannya. Tanpa kesulitan aku segera menembus guanya. Terasa basah dan hangat. Kugerakkan pinggulku dan ia membalas dengan memutar pinggulnya dan menaik turunkan pantatnya mengimbangiku.

Satu kakinya menjepit pahaku dan kaki lainnya dibuka lebar dan disandarkan ke dinding kamar. Kuciumi leher dan dadanya. Beberapa kali kugigit kecil kulit dadanya sampai meninggalkan bekas kemerahan.

“Ciumi leher dan pundakku! Aku sangat terangsang kalau dicium di situ,” rintihnya.

Kuikuti kemauannya dan sampai akhirnya ia menggelinjang hebat, kedua tangannya mencengkeram keras kepalaku. Pinggulnya naik menjemput kejantananku. Kutekankan kejantananku dalam-dalam dan akhirnya ia mencapai orgasmenya. Ia terkulai lemas. Ditekan-tekannya pantatku ke bawah dengan tangannya.

Kemudian aku turun dari tubuhnya dan membiarkannya beristirahat sebentar. Setelah napasnya pulih ia naik ke atas tubuhku dan mulai mencium bibir, leher dan telingaku. Mulutku menghisap kedua payudaranya. Terkadang kugigit putingnya bergantian. Ia hanya mengeluh merasakan nikmatnya. Beberapa menit kemudian ia sudah terangsang lagi.

“Ayo sayang. Aku sudah siap memuaskanmu di babak kedua..”
“Kita lakukan dengan berdiri,” kataku berbisik di telinganya. Ia hanya tersenyum dan mengangguk.

Kuangkat tubuhnya berdiri di samping ranjang. Kami masih saling berciuman dengan ganas. Ia kemudian mengangkat kaki kirinya ke atas ranjang, kudorong sedikit sampai ia mepet ke dinding kamar. Tangannya membimbing meriamku memasuki guanya. Pantatnya sedikit disorongkan ke depan dan perlahan lahan meriamku masuk, sampai..

Blesshh..
Semuanya sudah terbenam di dalam guanya. Oh hangatnya.
“Ayo sayang, goyang.. Sayang ohh.. Ohh”

Kedua tangannya memegang pantatku dan membantu gerakan pinggulku maju mundur. Rasanya nikmat sekali bercinta sambil berdiri. Badannya ia lengkungkan ke belakang sehingga meriamku dengan leluasa menobrak-abrik guanya.

Pinggangnya juga bergerak-gerak mengimbangi gerakanku. Mulutku tetap melakukan aktivitas di bagian atas tubuhnya. Kadang berciuman, kadang menyedot dan mengulum putingnya. Cukup lama aku mengocoknya, akhirnya kupercepat kocokanku ketika kurasakan lahar panas akan keluar.

“Tin, oh.. Aku mau keluar. Di keluarin dimana nih ohh. Oohh”.
“Tunggu sebentar. Aku juga mau keluar, ohh. Ooohh sama-sama ya sayang.. Ohh.. Di dalam aja nggak apa-apa. Ohh barengan yah.”

Akhirnya kutumpahkan spermaku di dalam guanya. Aku mencapai klimaks duluan. Titin Tak bisa mencapai klimaks yang kedua meskipun ia masih berusaha menggerakkan pantatnya maju mundur karena meriamku sudah berangsur-angsur melemas dan akhirnya terlepas sendiri dari dalam guanya.

Kami rebah berdampingan di ranjang. Ia memelukku dan menciumku. Kuakui wanita satu ini memang luar biasa. Tak dengan setiap orang aku dapat melakukannya dengan berdiri. Aku sudah coba. Tapi dengan Titin meskipun dia jauh lebih pendek dariku ternyata aku bisa melakukannya.

“Sorry Tin. Aku nggak tahan lagi. Nanti kita akan mulai lagi dengan santai dan saling menunggu sehingga bisa mencapai klimaks bersama-sama. Terima kasih ya sayang. Kamu benar-benar hebat.”

“Nggak apa-apa. Aku sudah dapat duluan. Kamu juga hebat. Malam ini masih panjang. Kita Tak usah tidur sampai pagi supaya dahagaku terpuaskan”.

Akhirnya sisa malam kami lalui dengan berpelukan. Ia tersenyum kemudian menciumku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Malam itu kami masih melakukannya lagi tiga kali sampai pagi. Sekali kami lakukan di lantai beralaskan selimut. Ternyata ketika bermain di lantai kami bisa merasakan nikmat yang luar biasa.

Gairah kami seakan-akan meledak sampai seluruh badan terasa sakit dan ngilu. Tetapi setelah mandi pagi gairahku kembali menyala dan aku masih sempat sekali lagi bergumul dengannya. Kami pulang dengan membawa kepuasan dan rasa lelah yang luar biasa. Seharian kuhabiskan dengan tidur-tiduran.

Bahkan aku Tak sempat makan siang. Setelah itu aku masih sempat dalam dua pertemuan merasakan kehebatannya bercinta dalam posisi berdiri. Akhirnya dia pindah kos dan aku kehilangan jejak. Judi Poker Online

Cerita Dewasa Saat Hujan Deras Bercinta Dengan Janda Bohay

Mei 05, 2019




Seorang janda bohay tampak berjalan dengan berburu buru menuju ke dalam rumahnya, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil yang sangat cepat. Namun saat dirinya tiba di dalam rumah yang dituju, disana hanya didapatinya Bu ita seorang janda anak 1.

“Bu.. apa Pak ivan sudah pulang?”

“Mungkin sudah,” jawab Bu Nita, memandang Dina dengan wajah penuh curiga, setau Bu Nita hubungan antara Dina dan Rivan memang tak pernah akur, meski sama-sama guru muda, pemikiran Dina dan Rivan selalu bersebrangan. Dina yang idealis dan Rivan yang liberal.

“Memangnya ada apa Bu?” lanjut wanita itu, penasaran.
“Oh… tidak.. hanya ada perlu beberapa hal,” elak Dina.
“Apa itu tentang pengajuan kenaikan pangkat dan golongan?” tambah Nita yang justru semakin penasaran.
“Bukan.. eh.. iya.. saya pamit duluan ya Bu,” ucap Dina bergegas pamit.

“Semoga saja SMS itu cuma canda,” ucapnya penuh harap, bergegas menuju parkir, mengacuhkan pandangan satpam sekolah yang menatap liar tubuh semampai dibalut seragam hijau lumut khas PNS, ketat membalut tubuhnya.

Mobil Avanza, Dina, membelah jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Hatinya masih belum tenang, pikirannya terus terpaku pada SMS yang dikirimkan Rivan, padahal lelaki itu hanya meminta tolong untuk membantunya menyusun persyaratan pengajuan pangkat, tapi rasa permusuhan begitu lekat dihatinya.

Jantung Dina semakin berdebar saat mobilnya memasuki halaman rumah, di sana telah terparkir Ninja 250 warna hijau muda, “tidak salah lagi itu pasti motor Rivan,” bisik hati Dina. Di kursi beranda sudut mata wanita muda itu menangkap sosok seorang lelaki, asik dengan tablet ditangannya. “Kamu…” ucap Dina dengan nada suara tak suka.

Rivan membalas dengan tersenyum. Bandar Sbobet

“Masuklah, tapi ingat suamiku tidak ada dirumah, jadi setelah semua selesai kamu bisa langsung pulang,” ucap Dina ketus, meninggalkan lelaki itu diruang tamu.

Beraktifitas seharian disekolah memaksa Dina untuk mandi, saat memilih baju, wanita itu dibuat bingung harus mengenakan baju seperti apa, apakah cukup daster rumahan ataukah memilih pakaian yang lebih formal.

“Apa yang ada diotak mu, Din?!.. Dia adalah musuh bebuyutan mu disekolah,” umpat hati Dina, melempar gaun ditangannya ke bagian bawah lemari.

Lalu mengambil daster putih tanpa motif. Tapi sayangnya daster dari bahan katun yang lembut itu terlalu ketat dan sukses mencetak liuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan bongkahan payudara yang menggantung menggoda.

Dina kembali dibuat bingung saat memilih penutup kepala, apakah dirinya tetap harus mengenakan kain itu ataukah tidak, toh ini adalah rumahnya. Namun tak urung tangannya tetap mengambil kain putih dengan motif renda yang membuatnya terlihat semakin anggun, tubuh indah dalam balutan serba putih yang menawan.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 petang dan untuk yang kedua kalinya Dina menyediakan teh untuk Rivan. Sementara lelaki itu masih terlihat serius dengan laptop dan berkas-berkas yang harus disiapkan, sesekali Dina memberikan arahan.

Tanpa sadar mata Dina mengamati wajah Rivan yang memang menarik. “Sebenarnya cowok ini rajin dan baik, tapi kenapa sering sekali sikapnya membuatku emosi,” gumam Dina, teringat permusuhannya dilingkungan sekolah.

Pemuda yang memiliki selisih umur empat tahun lebih muda dari dirinya. Sikap keras Dina sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berbanding terbalik dengan sikap Rivan yang kerap membela murid-murid yang melakukan pelanggaran disiplin.

“Tidak usah terburu-buru, minum dulu teh mu, lagipula diluar sedang hujan,” tegur Dina yang berniat untuk bersikap lebih ramah.
“Hujan?… Owwhh Shiiit.. Ibuku pasti menungguku untuk makan malam,” umpat Rivan.

Dina tertawa geli mendengar penuturan Rivan, “makan malam bersama ibumu? Tapi kamu tidak terlihat seperti seorang anak mami,” celetuk Dina usil, membuat Rivan ikut tertawa, namun tangannya terus bergerak seakan tidak tergoda untuk meladeni ejekan Dina.

“Bereeesss..” ucap Rivan tiba-tiba mengagetkan Dina yang asik membalas BBM dari suaminya.
“Jadi apa aku harus pulang sekarang?” tanya Rivan, wajahnya tersenyum kecut saat mendapati hujan diluar masih terlalu lebat.

“Di garasi ada jas hujan, tapi bila kamu ingin menunggu hujan teduh tidak apa-apa,” tawar Dina yang yakin motor Rivan tidak mungkin menyimpan jas hujan.
“Aku memilih berteduh saja, sambil menemani bu guru cantik yang sedang kesepian, hehehe…”
“Sialan, sebentar lagi suamiku pulang lhoo,”

Sesaat setelah kata itu terucap, Blackberry ditangan Dina menerima panggilan masuk dari suaminya, tapi sayangnya suaminya justru memberi kabar bahwa dirinya sedikit terlambat untuk pulang, dengan wajah cemberut Dina menutup panggilan.

“Ada apa, Rey..”
“Gara-gara kamu suamiku terlambat pulang,”

“Lhoo, kenapa gara-gara aku? Hahaha…” Rivan tertawa penuh kemenangan, dengan gregetan Dina melempar bantal sofa. Obrolan kembali berlanjut, namun lebih banyak berkutat pada dinamika kehidupan disekolah dan hal itu cukup sukses mencairkan suasana. BandarQ Online

Dina seakan melihat sosok Rivan yang lain, lebih supel, lebih bersahabat dan lebih humoris. Jauh berbeda dari kacamatanya selama ini yang melihat guru cowok itu layaknya perusuh bagi dirinya, sebagai penegak disiplin para siswa.

“Aku heran, kenapa kamu justru mendekati anak-anak seperti Junot dan Darko, kedua anak itu tak lagi dapat diatur dan sudah masuk dalam daftar merah guru BK,” tanya Dina yang mulai terlihat santai. “Seandainya bukan keponakan dari pemilik yayasan, pasti anak itu sudah dikeluarkan dari sekolah,” sambungnya.

“Yaa, aku tau, tapi petualangan mereka itu seru lho, mulai dari nongkrong di Mangga Besar sampai ngintipin anak cewek dikamar mandi, guru juga ada lho yang mereka intipin,” “Hah? yang benar? gilaaa, itu benar-benar perbuatan amoral,” Dina sampai meloncat dari duduknya, berpindah ke samping Rivan.

“Tapi tunggu, bukankah itu artinya kamu mendukung kenakalan mereka, dan siapa guru yang mereka intip?” tanya Dina dengan was-was, takut dirinya menjadi korban kenakalan kedua siswa nya.
“Sebanarnya mereka anak yang cerdas dan kreatif, bay
angkan saja, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang biasa digunakan oleh kapal selam,” ucap Rivan serius, memutar tubuhnya berhadapan dengan Dina yang penasaran.

“Awalnya mereka cuma mengintip para siswi tapi bagiku itu tidak menarik, karena itu aku mengajak mereka mengintip di toilet guru, apa kamu tau siapa yang kami intip?”

Wajah Dina menegang, menggeleng dengan cepat. “Siapa?,,,”

“kami mengintip guru paling cantik disekolah, Ibu Dina Raihani!”
“Apa? gilaaa kamu Van, kurang ajar,” Dina terkaget dan langsung menyerang Rivan dengan bantal sofa.
“ampuun Reeeey, Hahahaa,,”
“Sebenarnya kamu ini guru atau bukan sih? Memberi contoh mesum ke murid-murid, besok aku akan melaporkan mu ke kepala sekolah,” sembur Dina penuh emosi.

Rivan berusaha menahan serangan dengan mencekal lengan Dina.

“Hahahaa, aku bohong koq, aku justru mengerjai mereka, aku tau yang sedang berada di toilet adalah Pak Tigor dan apa kamu tau efeknya? Mereka langsung shock melihat batang Pak Tigor yang menyeramkan, Hahaha,” Dina akhirnya ikut tertawa, tanpa sadar jika lengannya masih digenggam oleh Rivan.

“Tu kan, kamu itu sebenarnya lebih cantik jika sedang tertawa, jadi jangan disembunyikan dibalik wajah galakmu,” ucap Rivan yang menikmati tawa renyah Dina yang memamerkan gigi gingsulnya. Seketika Dina terdiam, wajahnya semakin malu saat menyadari tangan Rivan masih menggenggam kedua tangannya.

Tapi tidak berselang lama bentakan dari bibir tipisnya kembali terdengar, “Hey!.. Kalo punya mata dijaga ya,” umpat Dina akibat jelajah mata Rivan yang menyatroni gundukan payudara dibalik gaun ketat yang tak tertutup oleh jilbab, Dina beranjak dan duduk menjauh, merapikan jilbabnya.

“Punyamu besar juga ya,” balas Rivan, tak peduli akan peringatan Dina yang menjadi semakin kesal lalu kembali melempar bantalan sofa. “Ga usah sok kagum gitu, lagian kamu pasti sudah sering mengintip payudara siswi disekolah?,,”

“Tapi punyamu spesial, milik seorang guru tercantik disekolah,”

“Sialan..” dengus Dina merapikan jilbabnya, tapi sudut bibirnya justru tersenyum, karena tak ada wanita yang tidak suka bila dipuji. Wajah Dina memerah , kalimat Rivan begitu vulgar seakan itu adalah hal yang biasa.

“Rey… liat dong,”

“Heh? Kamu mau liat payudaraku , gilaa… Benda ini sepenuhnya menjadi hak milik suamiku,” Wanita itu memeletkan lidahnya, tanpa sadar mulai terbawa sifat Rivan yang cuek.
“Ayo dooong, penasaran banget nih,”
“Nanti, kalo aku masuk kamar mandi intipin aja pake piroskop ciptaan kalian itu, hahaha..” Dina tertawa terpingkal menutup wajahnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya.

“Yaaa, paling ngga jangan ditutupin jilbab keq,” sungut Rivan, keqi atas ulah Dina yang menertawakannya.
“Hihihi… Liat aja ya, jangan dipegang,” Ucap guru cantik itu dengan mata tertuju ke TV, lalu mengikat jilbabnya kebelakang.
“Kurang..”

“Apalagi? Bugil?” matanya melotot seolah-olah sedang marah, tetapi jantungnya justru berdebar kencang, menantang hatinya sejauh mana keberanian dirinya.
“satu kancing aja,”
“Dasar guru mesum,” Dina lagi-lagi memeletkan lidahnya lalu kembali menolehkan wajahnya ke TV, namun tangannya bergerak melepas kancing atas.

Tapi tidak berhenti sampai disitu, karena tangannya terus bergerak melepas kancing kedua lalu menyibak kedua sisinya hingga semakin terbuka, membiarkan bongkahan berbalut bra itu menjadi santapan penasaran mata Rivan. Entah apa yang membuat Dina seberani itu, untuk pertama kalinya dengan sengaja menggoda lelaki lain dengan tubuh nya.

“Punyamu pasti lebih kencang dibanding milik Anita,” sambung Rivan, matanya terus terpaku ke dada Dina sambil mengusap-usap dagu yang tumbuhi jambang tipis, seolah menerawang seberapa besar daging empuk yang dimiliki wanita cantik itu. Tapi kata-kata Rivan justru membuat Dina kaget, bingung sekaligus penasaran. “Hhmmm.. Ada hubungan apa antara dirimu dan Bu Nita?”

“Tidak ada, aku hanya menemani wanita itu, menemani malam-malamnya yang sepi,”
“Gilaaa.. Apa kamu… eeeenghhh,,,”

“Maksudmu aku selingkuhan Bu Anita kan? Hahaha…” Rivan memotong kalimat Dina setelah tau maksud kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. “Bisa dikatakan seperti itu, hehehe.. Tapi kami sudah mengakhirinya tepat seminggu yang lalu,”

“Kenapa?” sambar Dina yang tiba-tiba penasaran atas isu skandal yang memang telah menyebar dikalangan para guru mesum. Rivan menghela nafas lalu menyandarkan tubuhnya. “Suaminya curiga dengan hubungan kami, meski Anita menolak untuk mengakhiri aku tetap harus mengambil keputusan itu, resikonya terlalu besar,”

“Apa kamu mencintai Bu Anita?”

Rivan tidak langsung menjawab tapi justru mengambil rokok dari kantongnya, setelah tiga jam lebih menahan diri untuk tidak menghisap lintingan tembakau dikantongnya, akhirnya lelaki itu meminta izin, “Boleh aku merokok?”

“Silahkan..” jawab Dina cepat.

“Aku tidak tau pasti, Anita wanita yang cantik, tapi dia bukan wanita yang kuidamkan,” beber lelaki itu setelah menghembuskan asap pekat dari bibirnya. Tapi wajah wanita didepannya masih menunjukkan rasa penasaran, “lalu apa saja yang sudah terjadi antara dirimu dan Anita?” cecarnya.

“Hahahaha.. Maksudmu apa saja yang sudah kami lakukan?”

Wajah Dina memerah karena malu, Rivan dengan telak membongkar kekakuannya sebagai seorang wanita dewasa. “Anita adalah wanita bersuami, artinya kau tidak berhak untuk menjamah tubuhnya,” ucap Dina berusaha membela keluguan berfikirnya.

Rivan tersenyum kecut, mengakui kesalahannya, “Tak terhitung lagi berapa kali kami melakukannya, mulai dari dirumahku, dirumahnya, bahkan kami pernah melakukan diruang lab kimia, desah suaranya sebagai wanita yang kesepian benar-benar menggoda diriku, rindu pada saat-saat aku menghamburkan spermaku diwajah cantiknya.”

Seketika wajah Dina terasa panas membayangkan petualangan, Anita, “Kenapa kamu tidak menikah saja?” tanya Dina berusaha menetralkan debar jantungnya. “Belum ada yang cocok,” jawab Rivan dengan simpel, membuat Dina menggeleng-gelengkan kepala, wanita itu mengambil teh dimeja dan meminumnya.
“Rey.. selingkuhan sama aku yuk..”

Brruuuuuffftttt…
Bibir tipis Dina seketika menghambur air teh dimulutnya.

“Dasar guru mesum,” umpat Dina membuang wajahnya, yang menampilkan ekspresi tak terbaca, kejendela yang masih mempertontonkan rinai hujan yang justru turun semakin deras.

“Aku masak dulu, lapar nih,” ucap Dina, beranjak dari sofa berusaha menghindar dari tatapan Rivan yang begitu serius, jantungnya berdegub keras masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Rivan.

“Rey…” Panggilan Rivan menghentikan langkah wanita itu.
“Kenapa wajahmu jadi pucat begitu, tidak perlu takut aku cuma bercanda koq,” ujar lelaki itu sambil terkekeh.
“Siaaal, ni cowok sukses mengerjai aku,” umpat hati Dina.

“Aku tau koq, kamu tidak mungkin memiliki nyali untuk menggoda guru super galak seperti aku,” ucapnya sambil memeletkan lidah. Diam-diam bibirnya tersenyum saat Rivan mengikuti ke dapur. Hatinya mencoba berapologi, setidaknya lelaki itu dapat menemaninya saat memasak.

Dina dengan bangga memamerkan keahliannya sebagai seorang wanita, tangannya bergerak cepat menyiapkan dan memotong bumbu yang diperlukan, sementara Rivan duduk dikursi meja makan dan kembali berceloteh tentang kenakalan dan kegenitan para siswi disekolah yang sering menggoda dirinya sebagai guru mesum jomblo tampan.

“Awas aja kalo kamu sampai berani menyentuh siswi disekolah,” Dina mengingatkan Rivan sambil mengacungkan pisau ditangan, dan itu membuat Rivan tertawa terpingkal.
“Ckckckck, mahir juga tangan mu Rey,” Rivan mengkomentari kecepatan tangan Dina saat memotong bawang bombay.
“Hahaha… ayo sini aku ajarin..” tawar Dina tanpa menghentikan aksinya.

Tapi Dina terkejut ketika Rivan memeluknya dari belakang, bukan.. cowok itu bukan memeluk, karena tangannya mengambil alih pisau dan bawang yang ada ditangannya. “Ajari aku ya..” bisik Rivan lembut tepat ditelinganya.

Kepala wanita itu mengangguk, tersenyum tersipu. Tangannya terlihat ragu saat menyentuh dan menggenggam tangan Rivan yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Perlahan pisau bergerak membelah daging bawang.

“tangan mu terlalu kaku, Hahahaa,”
“Ya maaf, tanganku memang tidak terlatih melakukan ini, tapi sangat terlatih untuk pekerjaan lainnya.”
“Oh ya? Contohnya seperti apa? Membuat periskop untuk mengintip siswi dikamar mandi? Hahaha,,,”

“Bukan, tapi tanganku sangat terampil untuk memanjakan wanita cantik seperti mu,” ucap lelaki itu, melepaskan pisau dan bawang, beralih mengusap perut Dina yang datar dan perlahan merambat menuju payudara yang membusung.

“Hahaha, tidaak tidaaak, aku bukan selingkuhanmu, ingat itu,” tolak Dina berusaha menahan tangan Rivan.
“Rey, jika begitu jadilah teman yang mesra untuk diriku, dan biarkan temanmu ini sesaat mengangumi tubuhmu, bila tanganku terlalu nakal kamu bisa menghentikanku dengan pisau itu, Deal?…”

Tubuh Dina gemetar, lalu mengangguk dengan pelan, “Ya, Deaaal.” ucap bibir tipisnya, serak. Dina kembali meraih pisau dan bawang dan membiarkan tangan kekar Rivan dengan jari-jarinya yang panjang menggenggam payudara nya secara utuh. Memberikan remasan yang lembut, memainkan sepasang bongkahan daging dengan gemas.

Mata Dina terpejam, kepalanya terangkat seiring cumbuan Rivan yang perlahan merangsek keleher yang masih terbalut jilbab. Romansa yang ditawarkan Rivan dengan cepat mengambil alih kewarasan Dina.

“Owwhhhh,” bibir Dina mendesah, kakinya seakan kehilangan tenaga saat jari-jari Rivan berhasil menemukan puting payudara yang mengeras.
“Rivaaaan,” ucap wanita itu sesaat sebelum bibirnya menyambut lumatan bibir yang panas.

Membiarkan lelaki itu menikmati dan bercanda dengan lidahnya, menari dan membelit lidahnya yang masih berusaha menghindar. “Eeeemmhhh…” wajahnya terkaget, Rivan dalam hisapan yang lembut membuat lidah nya berpindah masuk menjelajah mulut lelaki itu dan merasakan kehangatan yang ditawarkan.

Menggelinjang saat lelaki itu menyeruput ludah dari lidahnya yang menari. Jika Dina mengira permainan ini sebatas permainan pertautan lidah, maka wanita itu salah besar, karena jemari dari lelaki yang kini memeluknya penuh hasrat itu mulai menyelusup kebalik kancingnya.

“Boleh?”

Wanita berbalut jilbab itu tak berani menjawab, hanya memejamkan matanya dan menunggu keberanian silelaki untuk menikmati tubuhnya. Begitu pun saat tangan Rivan berusaha menarik keluar bongkahan daging padat yang membusung menantang dari bra yang membekap.

“Oooowwwhh, eemmppphhh,” tubuh Dina mengejang seketika, tangan lentiknya tak mampu mengusir tangan Rivan, hanya mencengkram agar jemari lelaki itu tidak bergerak terlalu lincah memelintir puting mungilnya.

“Rey.. Kenapa kamu bisa sepasrah ini?.. Benarkah kamu menyukai lelaki ini?.. Bukan.. Ini bukan sekedar pertemanan Rey.. Meski kau tidak menyadari aku bisa merasakan bibit rasa suka dihatimu akan lelaki itu, Rey…” hati kecil Dina mencoba menyadarkan. Tapi wanita itu justru berusaha memungkiri penghianatan cinta yang dilakoninya, berusaha mengenyahkan bisikan hati dengan memejamkan matanya lebih erat.

Wajahnya mendongak ke langit rumah, berusaha lari dari batinnya yang berteriak memberi peringatan. Pasrah menunggu dengan hati berdebar saat tangan Rivan mulai mengangkat dasternya keatas dan dengan pasti menyelinap kebalik kain kecil, menyelipkan jari tengah kecelah kemaluan yang mulai basah.

“Ooowwwhhhhhhh,” bibirnya mendesah panjang, berusaha membuka kaki lebih lebar seakan membebaskan jari-jari Rivan bermain dengan klitorisnya.

Kurihiiiing… Judi Poker Online

Dering HP mengagetkan keduanya, membuat pergumulan birahi itu terlepas. Kesadaran Dina mengambil alih seketika, dirinya semakin shock melihat nama yang tertera dilayar HP, ‘Mas Anggara’.

“Hallo mas, halloo,,” sambut Dina diantara usahanya mengkondisikan jantung yang berdegup kencang.
“Mas sedang dimana, kenapa belum pulang?” ucap Dina kalut dengan rasa takut dan bersalah yang begitu besar, seolah suaminya kini berdiri tepat didepannya.
“Mas masih dirumah sakit, mungkin tidak bisa pulang malam ini,” jawab suara besar diujung telpon.
“Iya.. Iya tidak apa-apa, Mas kerja saja yang tenang,”

Setelah mengucap salam, sambungan telpon dimatikan. Dina berdiri bersandar dimeja, menghela nafas panjang lalu meneguk liur untuk membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering.

“Rivan, terimakasih untuk semuanya, tapi kau bisa pulang sekarang,”
“Tidak Rey, kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”

“Apa maksudmu?… Tidak.. Aku bukan seperti Anita yang kesepian, aku tidak memiliki masalah apapun dengan suamiku, keluarga yang kumiliki saat ini adalah keluarga yang memang kuidamkan…” wajah Dina menjadi pucat saat Rivan mendekat menempel ketubuhnya, mengangkat dasternya lebih tinggi, memeluk dan meremas pantat yang padat berisi.

“Rivan, ingat!.. Kamu seorang guru, bukan pemerkosa..” didorongnya tubuh lelaki itu, tapi dekapan tangan Rivan terlalu erat.
“Yaa.. Aku memang bukan pemerkosa, aku hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”
“Gila kamu Rivan, aku adalah istri yang setia, tidak seperti wanita-wanita yang pernah kau tiduri ”
“Ohh ya?,,” Rivan tersenyum sambil menurunkan celananya dan memamerkan batang yang telah mengeras, batang besar yang membuat Dina terhenyak.

Tiba-tiba dengan kasar Rivan mencengkram tubuh Dina dan mendudukkan wanita itu diatas meja, dengan gerakan yang cepat menyibak celana dalam Dina, batang besar itu telah berada didepan bibir senggama Dina.

“Jangan Rivaaan, aku bisa berbuat nekat,” Dina mulai menangis ketakutan, meraih garpu yang ada disampingnya, mengancam Rivan.
“Kenapa mengambil garpu, bukankah disitu ada pisau?” Rivan terkekeh, wajah yang tadi dihias senyum menghanyutkan kini berubah begitu menakutkan.
“Aaaaaaaaaaaggghh…” Rivan berteriak kesakitan saat Dina menusukkan garpu ke lengan lelaki itu.

Lelaki itu menepis tangan Dina, merebut garpu dan melemparnya jauh, darah terlihat merembes dikemeja lelaki itu. “Bila ingin mengakhiri ini seharusnya kau tusuk tepat di ulu hatiku,” ucapnya dengan wajah menyeringai sekaligus menahan sakit.

“Tidaaak Rivaaaan, hentikaaan,” Dina berhasil berontak mendorong tubuh besar Rivan lalu berlari kearah kamar, tapi belum sempat wanita itu menutup kamar Rivan menahan dengan tangannya.

“Aaaaagghh…” Rivan mengerang kesakitan akibat tangannya yang terjepit daun pintu, lalu dengan kasar mendorong hingga membuat Dina terjengkal.
“Dengar Rey.. Sudah lama aku menyukai mu, dan aku berusaha menarik perhatianmu dengan menentang setiap kebijakan mu,”

Dengan kasar Rivan mendorong wanita itu kelantai dan melucuti pakaiannya, Dina berteriak meminta tolong sembari mempertahankan kain yang tersisa, tapi derasnya hujan mengubur usahanya. Lelaki itu berdiri mengangkangi tubuh Dina yang terbaring tak berdaya, memamerkan batang besar yang mengeras sempurna, kejantanan yang jelas lebih besar dari milik suaminya.

Wanita itu menangis saat Rivan dengan kasar menepis tangan yang masih berusaha menutupi selangkangan yang tak lagi dilindungi kain. “Cuu.. Cukup Rivan, sadarlaaah..” sambil terus menangis Dina berusaha menyadarkan, tapi usahanya sia-sia, mata lelaki itu terhiptonis pada lipatan vagina dengan rambut kemaluan yang terawat rapi.

Dengan kekuatan yang tersisa Dina berusaha merapatkan kedua pahanya, namun terlambat, Rivan telah lebih dulu menempatkan tubuhnya diantara paha sekal itu dan bersiap menghujamkan kejantanannya untuk mengecap suguhan nikmat dari wanita secantik Dina.

“Ooowwhhh… Vagina mu lebih sempit dibanding milik Anita,” desah Rivan seiring kejantanan yang menyelusup masuk ke liang si betina.

“Oohhkk.. Oohhkk..” bibir Dina mengerang menerima hujaman yang dilakukan dengan kasar, semakin keras batang besar itu menghujam semakin kuat pula jari-jari Dina mencakar tangan Rivan, air matanya tak henti mengalir.

Tubuhnya terhentak bergerak tak beraturan, Rivan menyetubuhinya dengan sangat kasar. Wajah lelaki itu menyeringai saat melipat kedua paha Dina keatas, memberi suguhan indah dari batang besar yang bergerak cepat menghujam celah sempit vagina Dina.

“Sayang, aku bisa merasakan lorong vaginamu semakin basah, ternyata kamu juga menikmati pemerkosaan ini, hehehe”

Plak…

Pertanyaan Rivan berbuah tamparan dari tangan Dina, tapi lelaki itu justru tertawa terpingkal, lidahnya menjilati jari-jari kaki Dina yang terangkat keatas dengan pinggul yang terus bergerak menghujamkan batang pusakanya. Puas bermain dengan kaki Dina, tangan lelaki itu bergerak melepas bra yang masih tersisa.

“Ckckckck… Sempurna, sejak dulu aku sudah yakin payudaramu lebih kencang dari milik Anita,”

Tubuh Dina melengkung saat putingnya dihisap lelaki itu dengan kuat. “Oooooouugghh..”

“Pasti Anita malam ini tidak bisa tidur karena menunggu batang kejantanan yang kini sedang kau nikmati, Oowwhhh kecantikan, keindahan tubuh dan nikmatnya vaginamu benar-benar membuatku lupa pada beringasnya permainan Anita,” ucap Rivan, membuat Dina kembali melayangkan tangannya kewajah lelaki itu.

“Bajingan kamu, Van..” umpat wanita itu, tapi tak berselang lama bibirnya justru mendesah saat lidah Rivan bermain ditelinganya. “Oooowwwhhhhh….”
“Hehehe…akuilah, jika kamu juga menikmati pemerkosaan ini, rasakanlah besarnya penisku divagina sempit mu ini,”

Mata wanita itu terpejam, air matanya masih mengalir dengan suara terisak ditingkahi lenguhan yang sesekali keluar tanpa sadar. Hatinya berkecamuk, sulit memang memungkiri kenikmatan yang tengah dirasakan seluruh inderanya.

“Reeeey… Sadarlah, kamu wanita baik-baik, seorang istri yang setia, setidaknya tutuplah mulut nakal mu itu,” teriak hatinya mencoba mengingatkan, membuat airmata Dina semakin deras mengalir.

Yaa.. meski hatinya berontak, tapi tubuhnya telah berkhianat, pinggulnya tanpa diminta bergerak menyambut hentakan batang yang menggedor dinding rahim. Rivan tersenyum penuh kemenangan.

“Berbaliklah, sayang,” pintanya. Judi Casino

Tubuh Dina bergerak lemah membelakangi Rivan, pasrah saat lelaki itu menarik pantatnya menungging lebih tinggi, menawarkan kenikmatan dari liang senggama yang semakin basah. Jari-jari lentiknya mencengkram sprei saat lelaki dibelakang tubuhnya menggigiti bongkahan pantatnya dengan gemas.

“Oooowwwhhhh… Eeeeeenghhh..” pantat indah yang membulat sempurna itu terangkat semakin tinggi ketika lidah yang panas memberikan sapuan panjang dari bibir vagina hingga keliang anal.

Rasa takut dan birahi tak lagi mampu dikenali, matanya yang sendu mencoba mengintip pejantan yang membenamkan wajah tampannya dibelahan pantat yang bergetar menikmati permainan lidah yang lincah menari, menggelitik liang vagina dan anusnya, suatu sensasi kenikmatan yang tak pernah diberikan oleh suaminya.

Isak tangis bercampur dengan rintihan. Hati yang berontak namun tubuhnya tak mampu berdusta atas lenguhan panjang yang mengalun saat batang besar Rivan kembali memasuki tubuhnya, menghantam bongkahan pantatnya dengan bibir menggeram penuh nafsu.

Begitupun saat Rivan meminta Dina untuk menaiki tubuhnya, meski airmatanya jatuh menetes diatas wajah sipejantan tapi pinggul wanita itu bergerak luwes dengan indahnya menikmati batang besar yang dipaksa untuk masuk lebih dalam.

“Aaaawwhhhh Rey… Boleh aku menghamilimu?” ucap Rivan saat posisinya kembali berada diatas tubuh Dina, menunggangi tubuh indah yang baru saja meregang orgasme.

Wanita itu membuang wajahnya, bibirnya terkatup rapat tak berani menjawab hanya gerakan kepala yang menggeleng menolak, matanya begitu takut beradu pandang dengan mata Rivan yang penuh birahi.

Batang besar Rivan bergerak cepat, orgasme yang diraih siwanita membuat lorong senggamanya menjadi sangat basah. Hentakan pinggul lelaki itu begitu cepat dan kuat seakan ingin membobol dinding rahim, memaksa Dina berpegangan pada besi ranjang penikahannya untuk meredam kenikmatan yang didustakan.

“Reeeeey.. Boleh aku menghamilimuuu?.. Aaaagghhh, cepaaaaat jawaaaaaaaab,” teriak Rivan yang menggerakkan pinggulnya semakin cepat.

Dina menatap Rivan dengan kepala yang menggeleng. “Jangaaan.. kumohooon jangaaaan… Rivan tersenyum menyeringai “Kamu yakin? Tidak ingin merasakan sensasi bagaimana sperma lelaki lain menghambur dirahim mu?”

Plaaak..

Dina kembali menampar wajah Rivan untuk yang kesekian kalinya, tapi kali ini jauh lebih keras. Wanita menjerit terisak, tapi kaki jenjangnya justru bergerak melingkari pinggul silelaki, tangannya memeluk erat seakan ingin menyatukan dua tubuh.

Tangis Dina semakin menjadi, menangisi kekalahannya. Tangannya menyusuri punggung Rivan yang berkeringat lalu meremas pantat yang berotot seakan mendukung gerakan Rivan yang menghentak batang semakin dalam.

“Kamu jahaaaaat Rivaaaan.. jahaaaaat..” teriak Dina seiring lenguh kenikmatan dari bibir silelaki.

Menghambur bermili-mili sperma dilorong senggama, menghantar ribuan benih kerahim siwanita yang mengangkat pinggulnya menyambut kepuasan silelaki dengan lenguh orgasme yang kembali menyapa, tubuh keduanya mengejat, menggelinjang, menikmati suguhan puncak dari sebuah senggama tabu.

“Kenapa kau mempermainkan aku seperti ini,” isak Dina dengan nafas memburu, tangannya masih meremasi pantat berotot Rivan yang sesekali mengejat untuk menghantar sperma yang tersisa kerahim si wanita.

“Karena aku mencintaimu,” bisik lembut si penjantan ditelinga betina yang membuat pelukannya semakin erat, membiarkan tubuh besar itu berlama-lama diatas tubuh indah yang terbaring pasrah. Membisu dalam pikiran masing-masing.

“Apa kamu bersedia menjadi teman selingkuhku?”

Dina menggeleng dengan cepat, “Aku tidak berani, Rivan, Ooooowwhhhhhh..” wanita itu melepaskan pagutan kakinya dan mengangkang lebar, membiarkan silelaki kembali menggerakkan pingulnya dan memamerkan kehebatan kejantanannya dicelah sempit vagina Dina.

“Tapi bagaimana bila aku memaksa?..”

“Itu tidak mungkin Oooowwhhh… Aku sudah bersuami dan memiliki anak, aaaahhhhhh…” Dina menggelengkan kepala, berusaha kukuh atas pendirian, meski pinggul indahnya bergerak liar, tak lagi malu untuk menyambut setiap hentakan yang menghantar batang penis kedalam tubuhnya.

Dina tak ingin berdebat, tangannya menjambak rambut Rivan saat bibir lelaki itu kembali berusaha merayu, membekap wajah Rivan pada kebongkahan payudara dengan puting yang mengeras.

“Kamu jahat, Van.. Tak seharusnya aku membiarkan lelaki lain menikmati tubuhku.. Ooowwwhh.. Ooowwwhhh…”

Setelahnya tak ada lagi kalimat lagi yang keluar selain desahan dan lenguhan dan deru nafas yang memburu. Hingga akhirnya bibir Rivan bersuara serak memanggil nama si wanita.

“Reeeeey… Boleeeehkaaan?”

Dina menatap sendu wajah birahi Rivan, dengan kesadaran yang penuh wanita itu mengangguk lalu merentang kedua tangan dan kakinya, memberi izin kepada silelaki untuk kembali menghambur sperma kedalam rahimnya.

“Reeeey..” panggil lelaki itu kembali, membuat siwanita bingung, sementara tubuhnya telah pasrah menjadi pelampiasan dari puncak birahi Rivan.

Dengan wajah memelas tangan Rivan bergerak mengusap wajah Dina, telunjuknya membelah bibir tipis siwanita.

“Dasar guru mesum, ” ucap Dina sambil menampar pipi Rivan tapi kali ini dengan lembut,
“kamu menang banyak hari ini, Van..” ucapnya lirih dengan mata sembap oleh air mata.
“Boleeeh?..”

Dina memalingkan wajahnya, lalu mengangguk ragu. Rivan bangkit mencabut batangnya lalu mengangkangi wajah guru cantik itu. Sudut mata Dina menangkap wajah tampan silelaki yang menggeram sambil memainkan batang besar tepat didepan wajah nya.

Jemari lentiknya gemetar saat mengambil alih batang besar itu dari tangan Rivan. Memberanikan diri untuk menatap lelaki yang mengangkangi wajahnya, kepasrahan wajah seorang wanita atas lelaki yang menikmati tualang birahi atas tubuhnya.

“Aaaaaaaagghhh.. Aaaaagghhh.. Reeeeey..” wajah Rivan memucat seiring sperma yang menghambur kewajah cantik yang menyambut dengan mata menatap sendu. “Aaaaaagghhhh.. Sayaaaaaang..”

Tak pernah sekalipun Dina menyaksikan seorang pejantan yang begitu histeris mendapatkan orgasmenya, dan tak pernah sekalipun Dina membiarkan seorang pejantan menghamburkan sperma diwajah cantiknya. Dengan ragu Dina membuka bibirnya, membiarkan tetesan sperma menyapa lidahnya. Batang itu terus berkedut saat jari lentik Dina yang gemetar menuntun kedalam mulutnya.

Menikmati keterkejutan wajah Rivan atas keberaniannya. Bibirnya bergerak lembut menghisap batang Rivan, mempersilahkan lelaki itu mengosongkan benih birahi didalam bibir tipisnya.

“Ooooooowwwhhhhh.. Reeeeeeeey…” Rivan mengejat, menyambut tawaran Dina dengan beberapa semburan yang tersisa.
“Cepatlah pulang.. Aku tidak ingin suamiku datang dan mendapati dirimu masih disini,” pinta Dina setelah Rivan sudah mengenakan kembali seluruh pakaiannya.
“Masih belum puas?.. dasar guru mesum,” ucapnya ketus saat Rivan memeluk dari belakang.
“aku bukanlah selingkuhan mu, catat itu,” Dina menepis tangan Rivan.

“Yaa.. Aku akan mencatatnya disini, disini, dan disini..” jawab Rivan sambil menunjuk bibir tipis Dina, lalu beralih meremas payudara yang membusung dan berakhir dengan remasan digundukan vagina.

“Dasar gila ni cowok,” umpat hati Dina, yang kesal atas ulah Rivan tetap terlihat cuek setelah apa yang terjadi.

Dina menatap punggung Rivan saat lelaki itu melangkah keluar, hujan masih mengguyur bumi Jakarta dengan derasnya, dibibir pintu lelaki itu berhenti dan membalikkan tubuhnya, menampilkan wajah serius.

“Maaf Rey, sungguh ini diluar dugaanku, semua tidak lepas dari khayalku akan dirimu, tapi aku memang salah karena mencintai wanita bersuami, Love you Rey..” ucap Rivan lalu melangkah keluar kepelukan hujan.

“Rivaaan.. Love u too,” teriak Dina dengan suara serak, membuat langkah Rivan terhenti
“Tapi maaf aku tidak bisa jadi selingkuhanmu.” lanjutnya.

“Mamaaaaaa, Elminaaaa pulaaaaang,” teriak seorang bocah dengan ceria, coba mengagetkan wanita yang sibuk merapikan tempat tidur yang berantakan, gadis kecil itu langsung menghambur memeluk tubuh Dina, ibunya.

Usaha gadis itu cukup berhasil, Dina sama sekali tidak menduga, Ermina, putri kecilnya yang beberapa hari menginap ditempat kakeknya dijemput oleh suaminya.

“Ini buat mama dari Elmina,” ucapnya cadel, menyerahkan balon gas berbentuk amor yang melayang pada seutas tali. “Elmina kangen mamaa, selamat valentine ya, ma, Semoga mama semakin cantik dan sehat selalu..”

Wajah mungil itu tersenyum ceria, senyum yang begitu tulus akan kerinduan sosok seorang ibu. Dina tak lagi mampu membendung air mata, menatap mata bening tanpa dosa yang menunjukkan kasih sayang seorang anak. Sementara dibelakang gadis itu berdiri suaminya, Anggara, sambil menggenggam balon yang sama.

“Selamat valentine, sayang,” ucap Anggara, tersenyum dengan gayanya yang khas, senyum lembut yang justru mencabik-cabik hati Dina.

Seketika segala sumpah serapah tertumpah dari hatinya, atas ketidaksetiaannya sebagai seorang istri, atas ketidak becusannya menyandang sebutan seorang ibu.

“Maafin Mama, sayang,” ucap Dina tanpa suara, memeluk erat tubuh mungil Ermina, terisak dengan tubuh gemetar. “Maafin mama, Pah,”

Tengah malam, Dina berdiri dibalik jendela, menatap gulita dengan gundah. Suaminya dan Ermina telah terlelap.

PING!…

Tanpa hasrat wanita itu membuka BBM yang ternyata menampilkan pesan dari Rivan.

“Besok pukul 12 aku tunggu di lab kimia, ”

Jemari kiri Dina erat menggenggam tangan suaminya yang tengah pulas tertidur, sementara tangan kanannya menulis pesan dengan gemetar. “Ya, aku akan kesitu Togel Singapura
 
Copyright © KUAT SEX BANGET. Designed by OddThemes